Parlemen Hongaria Setujui Aksesi, Swedia Segera Jadi Anggota NATO
JAKARTA - Swedia semakin dekat dengan status keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), setelah Parlemen Hongaria menyetujui aksesi negara Nordik itu pada Hari Senin, rintangan terakhir yang akan mengubah kebijakan netralitas negara itu, yang telah melewati dua Perang Dunia dan Perang Dingin.
Pemungutan suara di Hongaria mengakhiri penundaan selama berbulan-bulan untuk menyelesaikan perubahan kebijakan keamanan Swedia, menyusul kunjungan Perdana Menteri Swedia Ulf Kristersson pada hari Jumat, di mana kedua negara menandatangani perjanjian senjata.
"Swedia meninggalkan netralitas dan ketidakberpihakan militer selama 200 tahun," kata PM Kristersson dalam konferensi pers, melansir Reuters 27 Februari.
"Kami bergabung dengan NATO untuk mempertahankan diri kami dan segala sesuatu yang kami yakini dengan lebih baik. Kami membela kebebasan kami, demokrasi kami dan nilai-nilai kami, bersama dengan orang lain," lanjutnya.
Sebelumnya, Pemerintahan Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban telah menghadapi tekanan dari sekutu NATO, agar sejalan dan memastikan aksesi Swedia ke dalam aliansi tersebut.
"Kami ingin segera menyambut Swedia bersama Finlandia ke dalam aliansi NATO," kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre.
Dia mendorong Pemerintah Hongaria untuk segera menyelesaikan proses yang memungkinkan Swedia masuk ke NATO.
Ratifikasi Hongaria, yang didukung oleh mayoritas anggota parlemen, kini akan ditandatangani oleh ketua parlemen dan presiden negara tersebut dalam beberapa hari. Setelah itu, formalitas lainnya, seperti penyerahan dokumen aksesi di Washington, kemungkinan besar akan diselesaikan dengan cepat.
"Keanggotaan Swedia akan membuat kita semua lebih kuat dan aman," tulis Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg pada X.
Stockholm meninggalkan kebijakan non-blok demi keamanan yang lebih besar dengan bergabung dalam NATO, setelah invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022.
Bergabungnya Swedia ke dalam NATO, setelah sebelumnya Finlandia, bertentangan dengan niatan Presiden Vladimir Putin ketika Rusia menginvasi Ukraina, mengantisipasi perluasan aliansi pertahanan Barat.
"Jika menyangkut Rusia, satu-satunya hal yang bisa kita harapkan adalah mereka tidak akan menyukai Swedia menjadi anggota NATO," ujar PM Kristersson.
"Apa yang mereka lakukan selain itu, kami tidak tahu. Kami siap menghadapi segala hal," tandasnya.
Baca juga:
- Barat Kembali Jatuhkan Sanksi Terhadap Rusia, Juru Bicara Kremlin: Tidak Ada Hal Baru
- Sekjen PBB Sebut Dewan Keamanan Butuh Reformasi Komposisi dan Metode Kerja Usai Kebuntuan di Ukraina dan Gaza
- Pemerintah Korea Selatan Berikan Tenggat Waktu hingga Akhir Februari untuk Dokter yang Mogok Massal Kembali Bekerja
- PM Palestina Mohammed Shtayyeh Umumkan Pengunduran Diri
Diketahui, aksesi Swedia, yang belum pernah berperang sejak tahun 1814, dan Finlandia merupakan perluasan aliansi yang paling signifikan sejak negara tersebut menerima anggota dari Eropa Timur setelah Uni Soviet runtuh pada tahun 1991.
Meskipun Swedia telah meningkatkan kerja sama dengan NATO dalam beberapa dekade terakhir, berkontribusi pada operasi di tempat-tempat seperti Afghanistan, keanggotaannya dirancang untuk menyederhanakan perencanaan pertahanan dan kerja sama di sisi utara aliansi tersebut.
Swedia dan Finlandia mengajukan aksesi keanggotaan NATO pada tahun 2022, usai Rusia memutuskan untuk melakukan operasi militer di Ukraina. Berbeda dengan Finlandia yang mendapatkan aksesi dari seluruh anggota NATO terlebih dahulu. Proses aksesi Swedia harus menunggu persetujuan Turki dan Hongaria.