Bentrok dengan Pasukan Pemberontak, Penjaga Perbatasan Myanmar Melarikan Diri ke Bangladesh
JAKARTA - Setidaknya 95 penjaga perbatasan Myanmar, beberapa di antaranya terluka, melarikan diri ke Bangladesh selama beberapa hari terakhir, seiring dengan meningkatkan pertempuran antara pasukan pemberontak di Myanmar dan pasukan junta militer, kata para pejabat di Bangladesh pada Hari Senin.
Sejak melakukan kudeta terhadap pemerintah terpilih pada tahun 2021, junta militer menghadapi tantangan terbesarnya, berusaha membendung pemberontakan berdarah yang menyebabkan kelompok anti-junta yang didukung oleh pemerintah paralel pro-demokrasi menguasai beberapa pos militer dan kota.
Suara tembakan terdengar dari seberang perbatasan Myanmar di Distrik Cox's Bazar, tenggara Bangladesh, tempat hampir satu juta anggota minoritas Muslim dari Myanmar tinggal di kamp gubuk yang terbuat dari bambu dan plastik, setelah melarikan diri dari tindakan keras militer di sana pada tahun 2017.
Anggota Polisi Penjaga Perbatasan Myanmar (BGP) memasuki Bangladesh dengan senjata mereka, 15 di antaranya mengalami luka tembak ketika melintasi perbatasan, kata Shariful Islam, juru bicara Penjaga Perbatasan Bangladesh, pada Hari Senin, menambahkan korban luka menerima perawatan di berbagai rumah sakit.
Pasukan BGP ditampung di distrik terdekat Bandarban sebelum mereka dikirim kembali ke Myanmar, kata Mohammed Mizanur Rahman, komisaris bantuan dan repatriasi pengungsi Bangladesh yang berbasis di Cox's Bazar.
"Saya ditanya apakah BGP bisa berlindung dengan aman di kamp transit yang dibangun di Bandarban untuk memulangkan pengungsi Rohingya. Kamp-kamp tersebut kosong," kata Rahman, melansir Reuters 5 Februari.
Peluru dan mortir dari seberang perbatasan Myanmar mendarat di wilayah Bangladesh pada Hari Senin, menewaskan sedikitnya dua orang, kata seorang pejabat pemerintah di Cox's Bazar.
"Seorang wanita Bangladesh dan seorang Rohingya tewas dan seorang anak terluka di dekat perbatasan akibat mortir yang ditembakkan dari Myanmar," terang Mohammad Shamsud Douza, wakil pejabat pemerintah Bangladesh yang bertanggung jawab atas pengungsi.
Diketahui, banyak penduduk di perbatasan Bangladesh telah melarikan diri ke rumah kerabatnya yang jauh dari kekerasan karena takut, katanya.
Baca juga:
- Vladimir Putin Kunjungi Presiden Erdogan Pekan Depan, Turki-Rusia Bahas Mekanisme Ekspor Biji-bijian Baru Laut Hitam
- Tandatangani Kerja Sama Pertahanan, Arab Saudi-Korsel Bentuk Kelompok Kerja Penelitian dan Pengembangan Senjata
- Jelang Pemilu, 10 Orang Tewas Akibat Serangan Kelompok Militan Terhadap Pos Polisi di Pakistan
- Normalisasi Hubungan Diplomatik, Turki Bakal Sediakan Drone untuk Turki Jelang Kunjungan Presiden El-Sisi
Kepanikan telah mencengkeram kamp-kamp pengungsi di Myanmar dan banyak yang menunggu untuk menyeberang ke Bangladesh karena rantai pasokan terputus akibat konflik yang sedang berlangsung, menurut para pengungsi Rohingya di Bangladesh.
"Sesekali kami mendengar suara tembakan dari Myanmar. Beberapa Muslim Rohingya ingin mengungsi ke sini karena mereka terus-menerus hidup dalam ketakutan tanpa kebutuhan dasar," kata pengungsi Rohingya Oli Hossain.
"Bahkan kami hidup dalam ketakutan karena suara tembakan," tandasnya.