JAKARTA – Memori hari ini, tujuh tahun yang lalu, 16 September 2017, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto tegaskan bantuan Indonesia ke etnis Rohingya tak labih hanya pencitraan ala Joko Widodo (Jokowi). Prabowo beranggapan inisiatif bantuan takkan maksimal karena Indonesia bukan negara kuat.
Sebelumnya, genosida yang dilakukan pemerintah Myanmar kepada etnis Rohingya di Rakhine dikecam dunia. Indonesia secara langsung menyampaikan protesnya dan segera mengirim bantuan kemanusiaan ke perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Etnis Rohingya adalah salah satu potret diskriminasi dan rasisme yang terjadi di Asia. Pemerintah Myanmar seakan tak mau mengakui mereka sebagai warga negara. Kondisi itu membuat hajat hidup orang Rohingya di wilayah Rakhine tak pernah dipikirkan.
Alih-alih mendapatkan keadilan, mereka dianggap jadi benalu. Belakangan etnis Rohingya mulai memiliki kabur ke berbagai negara pada 2013. Mereka mencoba mendatangi negara Asia lainnya macam Malaysia, Indonesia, hingga Thailand.
Niatan Myanmar mengusir Rohingya pun mengemuka pada 2017. Pemerintah Myanmar mencoba menurunkan militer untuk mengusir dan membunuh etnis Rohingya. Genosida yang memanfaatkan isu pengejaran pemberontak membuat seisi dunia mengecam tindakan pemerintah Myanmar.
Tokoh perdamaian Myanmar pun Aung San Suu Kyi pun jadi bulan-bulanan. Pemerintah Indonesia bahkan mendatanginya ke Myanmar. Pemerintah Indonesia memintanya menasehati pemerintah Myanmar untuk berhenti memusuhi etnis Rohingya pada 4 September 2014.
Pemerintah Indonesia tak lupa meminta Myanmar segera membuka jalur untuk penyaluran bantuan ke etnis Rohingya yang berada di kamp pengungsian di Bangladesh. Wujud keperdulian lainnya dituangkan lewat penyaluran 34 ton bantuan kemanusiaan pada 13 September 2017.
Bantuan itu antara lain paket sembako hingga pakaian. Pelepasan bantuan yang dibawa empat pesawat Hercules itu dilakukan oleh Presiden Jokowi. Nantinya, bantuan itu akan disalurkan di perbatasan antara Myanmar-Bangladesh.
"Kenapa kita memakai pesawat, karena dari pengalaman yang lalu, memakai kontainer memakan waktu yang lama. Padahal bantuan ini sangat dibutuhkan, diharapkan untuk secepatnya dipakai oleh pengungsi di perbatasan Bangladesh dan Myanmar.”
"Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Yang bersama-sama pemerintah, baik masyarakat, dari ormas, pemerintah daerah, para pengusaha yang bersama-sama nantinya akan juga mengirimkan bantuan bantuan untuk saudara-saudara kita," ujar Jokowi sebagaimana dikutip laman kompas.com, 13 September 2017.
BACA JUGA:
Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto pun angkat bicara terkait bantuan yang dikirim Jokowi pada 16 September 2017. Tokoh oposisi itu menyebut bantuan yang dikirim hanya bentuk alat pencitraan belaka. Tak lebih.
Prabowo memandang Indonesia di bawah Jokowi justru tak dapat berbuat banyak membantu nasib etnis Rohingya. Indonesia di bawah Jokowi dianggap justru jadi negara lemah. Kondisi itu membuat Indonesia tak punya kekuatan melindungi nasib etnis Rohingya.
"Kalaupun kita sekarang kirim bantuan menurut saya itu pencitraan. Kirim bantuan pun tak sampai kadang-kadang. Jadi saudara-saudara di sini saya harus kasih tahu supaya tidak emosional.”
"Percaya sama saya, kalau kita kuat kaum Rohingya kita bantu, kita beresin. Kita harus kuat untuk bantu orang lemah, tidak bisa lemah bantu lemah, miskin bantu miskin," ujar Prabowo sebagaimana dikutip laman kompas.com, 16 September 2017.