Maskapai British Airways Gandakan Awak Kabin Berbahasa Mandarin untuk Rute ke Tiongkok
JAKARTA - Maskapai penerbangan British Airways akan melipatgandakan jumlah awak kabin berbahasa Mandarin di rute Tiongkok, kata Chief Customer Officer Calum Laming, seiring upaya maskapai tersebut untuk berekspansi di pasar penerbangan terbesar kedua di dunia.
Maskapai penerbangan tersebut memperkirakan akan menambah 50 awak kabin berbahasa Mandarin dalam penerbangannya ke Beijing dan Shanghai pada Bulan Juli, kata Calum Laming kepada Reuters, sehingga jumlah totalnya menjadi 100 dan menjadikan Tiongkok pangkalan kru luar negeri terbesar kedua setelah India.
"Kembali ke pasar adalah prioritas utama bagi maskapai ini. Kami tidak akan menggandakan jumlah kru jika tidak demikian," kata Laming, dilansir dari Reuters 1 Februari.
"Mampu menggandakan jumlah awak kabin di pesawat memiliki banyak manfaat dari segi bahasa, dari segi kesadaran budaya," tandasnya.
Maskapai berbendera Inggris ini melanjutkan penerbangan penumpang langsung ke Shanghai pada Bulan April dan ke Beijing pada Bulan Juni tahun lalu, setelah Tiongkok membuka kembali perbatasan yang ditutup akibat pembatasan COVID-19 selama hampir tiga tahun.
Namun, maskapai ini menghadapi persaingan yang ketat dari maskapai milik negara Tiongkok dalam hal tarif, dan harus terbang dengan rute yang lebih panjang melewati wilayah udara Rusia karena larangan terkait perang terhadap Ukraina.
British Airways adalah operator penerbangan terbesar kedua ke dan dari Tiongkok pada Bulan Desember 2019, melakukan penerbangan 133 kali sebulan sebelum pandemi, menurut penyedia data penerbangan Cirium.
Namun, maskapai ini saat ini hanya menawarkan 89 penerbangan sebulan, menurut data pada Bulan Desember 2023, menempatkannya di posisi keempat di belakang tiga maskapai penerbangan terbesar Tiongkok: Air China, China Eastern Airlines dan China Southern Airlines.
Laming mengatakan, kekurangan pesawat di seluruh industri adalah hambatan terbesar dalam meningkatkan jumlah penerbangan ke Tiongkok.
"Mendapatkan pesawat baru sangat-sangat sulit saat ini," tambahnya.
Diketahui, ini adalah upaya ketiga British Airways dalam membangun mereknya di Tiongkok hanya dalam waktu satu dekade.
Maskapai ini menambahkan penerbangan ke Chengdu pada tahun 2013, namun membatalkan rute tersebut tiga tahun kemudian, dengan alasan kurangnya kelayakan komersial.
Baca juga:
- Korea Selatan Selidiki Insinyur Indonesia Atas Dugaan Pencurian Teknologi Terkait Proyek Jet Tempur KF-21
- Puji Persetujuan Bantuan Uni Eropa untuk Ukraina, Presiden Zelensky Nantikan Keputusan Amerika Serikat
- Komite Investigasi Rusia Kantongi Bukti Awal Pesawat Angkut Militernya Jatuh Tertembak Rudal Patriot AS
- Bukan Cuma Gaza, UNRWA Terpaksa Hentikan Operasionalnya di Timur Tengah Jika Pendanaan Tidak Dilanjutkan
Pada tahun 2019, British Airways menjadi maskapai penerbangan internasional pertama yang mengumumkan mereka akan terbang dari Bandara Daxing yang baru di Beijing, namun kemudian pandemi tersebut menjungkirbalikkan industri tersebut.
"Kami benar-benar melihat pemulihan," kata Laming.
"Kami mempunyai permintaan rekreasi yang sangat besar pada musim panas lalu dan kami mengharapkan puncak musim perjalanan Tahun Baru Imlek yang fantastis," tandasnya.