PRT Jadi Caleg dengan Modal Minim Dikucilkan Pak RT

JAKARTA – Yuni (41), Caleg DPRD DKI yang berprofesi sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Jakarta Selatan mengaku mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari ketua RT setempat saat melakukan kampanye di lingkungannya.

Menurut Yuni, hal itu terjadi karena ada dua caleg dari partai lain yang memiliki modal lebih besar daripada dirinya.

“Jujur saja, di sini (rumahnya), waktu minta izin untuk sosialisasi ke RT dia bilang 'Karena di sini sudah dukung 2 caleg. Jadi kita gak bisa sosialisasi,” ucap Sri saat ditemui di rumahnya di Jalan Haji Tolib, Cipete, Cilandak, Jakarta Selatan, Kamis, 1 Februari.

Yuni merasa ada diskriminasi dari RT di lingkungan rumahnya. Kendati demikian, Yuni mengaku tidak ambil pusing.

“Iya diskriminasi. Halangan pasti ada. Tadinya saya juga gak berambisi untuk menang, saya hanya menjalani proses,” ucapnya.

Yuni mengaku pasrah dengan situasi yang dialaminya saat ini. Sebab, ia mengakui modal yang dikeluarkan untuk mempromosikan dirinya semacam alat peraga kampanye tidak banyak.

“Kalau saya mau bikin poster, atau stiker, paling saya minta 300pieces, ada uang 150 ya sudah saya transfer. Nanti kalau ada duit lagi, poster ya. Itu juga tidak banyak, 30pieces. Ya sudah aku transfer seharga itu. Kalau yang lain bagi-bagi minyak, saya pasrah saja,” tutupnya.

Yuni maju sebagai calon anggota legislatif (caleg) DPRD DKI daerah pemilihan (Dapil) VII Jakarta Selatan. Wanita yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) itu tidak punya modal banyak layaknya caleg lain. Kata Yuni, dia hanya punya modal Rp2,5 juta, untuk APK dan administrasi.