Lagi-lagi Airbag Takata, Sebanyak 61.000 Kendaraan Toyota dan GM Harus Ditarik Kembali
JAKARTA - Masalah airbag dari Takata masih menghantui dunia otomotif. Program penarikan kembali (recall) kali ini melibatkan Toyota dan General Motors (GM).
Kedua rakasasa otomotif ini mengumumkan peringatan kepada pemilik kendaraan tahun produksi antara 2003-2005 di AS.
Recall tersebut melibatkan 61.000 kendaraan di negeri paman Sam, terdiri dari 50.000 model Toyota dan 11.000 kendaraan GM. Model yang terdampak meliputi Corolla tahun 2003-2004, Corolla Matrix tahun 2003-2004, serta RAV4 keluaran 2004-2005.
Sementara itu, kendaraan dari GM hanya meliputi model Pontiac Vibe keluaran tahun 2003-2004 yang merupakan versi terbaru dari Corolla Matrix dan dirakit dalam satu pabrik.
Baca juga:
Dilansir dari Carscoops, Rabu, 31 Januari, Toyota mengungkapkan bahwa kendaraan yang terdampak dilengkapi dengan inflator airbag dari Takata yang rusak, sehingga dapat menembakkan pecahan logam ke dalam kabin jika terjadi kecelakaan.
Dilaporkan juga, model RAV4 memiliki airbag yang rusak dalam sisi pengemudi. Kemudian, Corolla dan Corolla Matrix pada sisi penumpang. Perusahaan mengajak pemilik dari mobil yang terdampak untuk tidak mengemudikannya sampai masalah tersebut diperbaiki.
“Toyota mendesak pemilik untuk menghubungi dealer setempat daripada mengemudikan kendaraannya untuk diperbaiki. Dealer dapat memberikan salah satu dari beberapa opsi GRATIS, seperti perbaikan seluler di lokasi kendaraan, derek ke dealer, pengambilan dan pengiriman kendaraan, atau opsi transportasi alternatif lainnya,” tulis Toyota.
Senada dengan pabrikan asal Jepang ini, GM juga mendesak pemilik dari Pontiac Vibe untuk tidak mengemudikannya sampai perbaikan tuntas. Perbaikan tersebut dilakukan secara gratis.
Mundur lebih jauh, pada tahun 2013 terjadi recall massal yang melibatkan jutaan kendaraan dari berbagai merek akibat masalah airbag tersebut. Karena insiden ini, Takata mengalami kebangkrutan pada tahun 2018.
Sejak 2009 kasus airbag Takata mencuat, tercatat lebih dari 30 kasus kematian di seluruh dunia serta ratusan korban cedera termasuk 26 di antaranya terjadi di AS.