Sensasi Melepaskan Amarah dan Frustasi dalam Ruangan
JAKARTA - Sebagai manusia, terkadang kita memiliki rasa frustasi dan marah, dua rasa yang membuat kita membutuhkan penyaluran, agar bisa lepas dari dua rasa yang secara psikoloi membuat ketidaknyamanan.
Penyaluran frustasi dan positif tentu menjadi pilihan bijak, meski banyak juga orang yang memilih untuk melampiaskannya secara negatif. Tapi, pelampiasan secara negatif yang dulu cenderung merugikan, kini bisa lho tidak merugikan.
Ya, ini seperti yang dilakukan oleh Vanderlei Rodrigues. Mungkin idenya nyeleneh, namun Ia membuka bisnis kreatif, bisnis yang bisa digunakan orang-orang untuk menyalurkan frustasi atau amarahnya secara 'negatif' lewat Rage Room yang baru saja dibuka.
Dilihat dari namanya saja, Rage Room yang terletak di Sao Paulo, Brazil merupakan tempat orang untuk melampiaskan frustasi dan amarahnya, tanpa perlu merugikan orang lain. Namun, Ia tetap bisa mengeluarkan aura 'negatif' sebagai pelampisan frustasi dan amarahnya.
Mengambil lokasi di Cidade Tiradentes, pinggiran Sao Paulo, Vanderlei membuat gudang tampat orang bisa mengayunkan palu raksasa ke televisi, komputer, printer tua, menghancurkan mesin hingga menghancurkan kaca menjadi potongan-potongan kecil.
Wanita berusia 42 tahun ini pun tidak menyangka jika bisnis yang dibukanya sebulan silam ini mampu menarik minat banyak pelanggan, terutama selama pandemi COVID-19.
"Saya pikir itu adalah momen terbaik untuk dapat mengatur ini di sini di Cidade Tiradentes, terkait dengan semua yang orang alami, banyak kecemasan, stres," ujarnya seperti melansir Reuters.
Dibanderol dengan tarif 4,64 dolar AS, tentu tidak bisa langsung berbuat semuanya ya. Tetap ada aturan dan panduan yang diberikan. Termasuk juga keharusan untuk mengenakan helm dengan pelindung wajah, pakaian pelindung hingga sarung tangan, selain tentunya disediakan sebuah palu raksasa.
Kemudian, mereka menulis masalah yang mengganggu mereka, menyebabkan frustasi dan marah di dinding, seperti mantan pacar, mantan suami, korupsi hingga masalah pekerjaan. Kata-kata yang kemudian menjadi 'sasaran' amarah mereka.
Alexandre de Carvalho (40), yang bekerja di bidang periklanan dan mengemudi dua jam bolak-balik untuk bekerja, berkata dengan kekhawatiran tentang kesehatan akibat pandemi, membuatnya datang ke Rage Room.
"Senang sekali bisa datang ke sini dan melepaskan adrenalin dan perasaan yang terpendam," katanya.
Untuk Luciana Holanda (35), yang merupakan ibu dari dua anak perempuan yang menganggur, dia mengatakan dia lebih memilih untuk melampiaskan rasa frustrasinya di dalam Rage Room.
Baca juga:
- 22 Februari dalam Sejarah: Soeharto Resmikan Istiqlal yang Sengaja Dibangun Dekat Katedral oleh Soekarno
- Narasi Pemprov DKI: Banjir Jakarta dalam Data dan Kata
- 21 Februari dalam Sejarah: Orang Bangladesh Mati demi Bahasa Bengla, Asal-Usul Hari Bahasa Ibu Internasional
- Puluhan Orang Tewas, Belasan Juta Lain Terancam Suhu Dingin dan Kontaminasi Air di Texas
"Dengan semua stres yang menumpuk ini, menjadi seorang ibu, memiliki anak dan tidak dapat bekerja, sangat baik untuk dapat melepaskan stres dan melampiaskan," ungkapnya.
"Saya tidak akan melampiaskan rasa frustrasi saya pada putri saya atau siapa pun, jadi saya lebih suka merusak barang-barang, saya menyukainya," tukasnya.