Huobi Korea Tutup, Regulasi Kripto Jadi Biang Keladinya
JAKARTA - Huobi Korea, salah satu bursa kripto terbesar di Korea Selatan, mengumumkan untuk menghentikan operasinya mulai 29 Desember 2023. Keputusan ini diambil karena tekanan regulasi kripto yang semakin ketat di berbagai negara, termasuk Korea Selatan.
Pelanggan Huobi Korea diberi waktu hingga 29 Januari 2024 untuk menarik dana mereka dari bursa tersebut. Sayangnya, bursa ini hanya mendukung penarikan ke pertukaran luar negeri, bukan ke dompet kripto lokal. Hal ini menunjukkan adanya ketegangan antara Huobi Korea dan regulator lokal.
"Demi memberikan layanan pertukaran aset virtual yang lebih baik, perusahaan telah membatasi penggunaan beberapa layanan dan melakukan pembaruan merek dan sistem. Namun, mempertimbangkan lingkungan bisnis saat ini, posisi perusahaan adalah bahwa ini akan menghentikan layanan pertukaran aset virtual dengan tidak terelakkan," demikian pernyataan resmi Huobi Korea.
Huobi Korea menjamin bahwa dana pelanggan aman dan penarikan akan terus berlangsung hingga selesai. Namun, hingga kini bursa ini tengah melakukan pemeliharaan dompet, sehingga beberapa koin kripto tidak bisa ditarik. Bursa Huobi Korea berjanji akan segera mengatasi masalah ini.
Huobi Korea didirikan pada tahun 2017 sebagai anak perusahaan dari Huobi Global, bursa kripto raksasa asal Tiongkok. Namun, sejak Januari 2023, Huobi Korea beroperasi secara independen dari Huobi Global, yang juga mengalami kesulitan keuangan dan pemangkasan karyawan.
Baca juga:
Terdampak Ketatnya Regulasi Kripto di Korea Selatan
Ditutupnya Huobi Korea merupakan dampak dari regulasi kripto yang makin ketat di Korea Selatan. Pemerintah Korea Selatan berencana untuk memberlakukan Undang-Undang Perlindungan Investor Aset Virtual pada tahun ini, yang akan menetapkan standar tinggi untuk bursa kripto.
Salah satu syaratnya adalah bursa kripto harus bermitra dengan bank lokal untuk menerbitkan akun nama asli bagi pelanggan mereka. Tujuannya adalah untuk mencegah pencucian uang dan praktik ilegal lainnya. Namun, banyak bank lokal yang enggan bekerja sama dengan bursa kripto karena khawatir akan risiko hukum dan reputasi.
Akibatnya, banyak bursa kripto dan perusahaan kripto di Korea Selatan yang terpaksa menghentikan operasinya atau mencari pasar lain. Beberapa contohnya adalah Cashierest, Coinbit, dan CoreDAX. Sementara itu, bursa kripto terkemuka di Korea Selatan, seperti Upbit, Bithumb, Coinone, Korbit, dan Gopax, masih bertahan dengan menguasai lebih dari 99 persen dari total volume perdagangan.
Korea Selatan merupakan salah satu negara dengan aktivitas kripto yang tinggi. Menurut data dari Statista, sekitar 14 persen dari penduduk Korea Selatan memiliki aset kripto pada tahun 2023, tertinggi kedua di dunia setelah Nigeria. Nilai pasar kripto di Korea Selatan mencapai sekitar $2,6 miliar (Rp 40,5 triliun) pada akhir 2023.