Skabanton Kemas Realita dan Romansa Bertahan Hidup dalam Kian Kemari
JAKARTA - Grup band ska asal Surabaya Skabanton, baru saja merilis album terbarunya “Kian Kemari”, mengisahkan tentang realitas dan romansa bertahan hidup.
“Album ini siap jadi setlist penutup serta pembuka tahun, di tengah bisingnya berita pemilu 2024,” ujar Skabanton dikutip dari Antara, Rabu.
Dirilis Sabtu (23/12), “Kian Kemari” menjadi momen bersejarah setelah delapan tahun grup band tersebut vakum rilis album. Sejak debut album “The Master of Situation”, kini mereka kembali hadir dengan suguhan yang lebih segar dan berwarna.
Jika sebelumnya kental dengan musik instrumental dan sebagian lagunya berlirik bahasa Inggris, lewat album ini, Skabanton dengan iramanya yang beragam merefleksikan sebuah realitas dan romansa dalam bertahan hidup.
“Dari kala pandemi yang suram, bersahabat dengan muram, hingga berusaha melepas kelam. Semuanya dikemas dalam lirik berbahasa Indonesia ringan namun mengena,” imbuh Skabanton.
Band tersebut juga melakukan transformasi nama, dari sebelumnya The Ska Banton, kini menjadi Skabanton, sebuah peleburan “Ska” sebagai genre dengan “Banton” yang dalam bahasa Patwah, Jamaika, artinya pendongeng.
“Penggabungan kedua kata tersebut menjadi frase tanpa arti. Dengan maksud agar tidak terbatas dalam koridor sebuah genre musik tertentu,” kata mereka.
Baca juga:
Album “Kian Kemari” dapat diartikan segala sesuatu yang ke sana kemari dalam benak si penulis lagu, dalam bahasa akrab, bisa juga disebut ‘ngalor-ngidul’.
Berdurasi total 30 menit dan telah tersedia di seluruh platform streaming musik, “Kian Kemari” terdiri atas 9 tembang, yakni “Waru (Di Batas Kota Itu)”, “Kawan Lama”, “Turun Main”, “Tersesat”, “Bilik Kelabu”, “Pseudo Romansa”, “Ranum”, “Muak”, dan “Ya Dijalani”.