Perang Hamas-Israel di Gaza Jadi Periode Paling Berbahaya Bagi Jurnalis

JAKARTA - Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di Amerika Serikat pada Hari Kamis mengatakan, 10 minggu pertama perang Israel-Gaza merupakan periode paling mematikan bagi jurnalis, dengan jumlah jurnalis terbanyak yang terbunuh dalam satu tahun di satu lokasi.

Sebagian besar jurnalis dan pekerja media yang tewas dalam perang, 61 dari 68 jurnalis, adalah warga Palestina, melansir Reuters 22 Desember.

Laporan tersebut mengatakan, pihaknya "sangat prihatin dengan pola yang jelas menargetkan jurnalis dan keluarga mereka oleh militer Israel."

Menanggapi itu, juru bicara militer Israel mengatakan pasukannya tidak menargetkan jurnalis.

Empat jurnalis Israel dan tiga jurnalis Lebanon, termasuk jurnalis visual Reuters Issam Abdallah, juga terbunuh antara 7 Oktober hingga 20 Desember, menurut data CPJ.

CPJ yang merupakan organisasi nirlaba yang mempromosikan kebebasan pers di seluruh dunia mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki lebih lanjut penyebab kematian semua jurnalis.

Dikatakan, upaya-upaya tersebut di Gaza terhambat oleh kehancuran yang meluas dan pembunuhan anggota keluarga jurnalis, yang biasanya menjadi sumber bagi penyelidik yang menyelidiki bagaimana para jurnalis tersebut meninggal.

Pelaporan di Gaza sangat dibatasi akibat pemboman Israel yang intens, dengan terputusnya komunikasi berulang kali dan kurangnya makanan, bahan bakar dan perumahan, kata CPJ, seraya menambahkan jurnalis asing belum dapat mengakses jalur tersebut secara independen selama sebagian besar perang berlangsung.

"Perang Israel-Gaza adalah situasi paling berbahaya bagi jurnalis yang pernah kita lihat, dan angka-angka ini menunjukkan hal itu dengan jelas," jelas Sherif Mansour, koordinator program CPJ di Timur Tengah dan Afrika Utara.

"Tentara Israel telah membunuh lebih banyak jurnalis dalam 10 minggu dibandingkan tentara atau entitas lain dalam satu tahun. Dan dengan setiap jurnalis yang terbunuh, perang ini menjadi lebih sulit untuk didokumentasikan dan dipahami," sambungnya.

Sebelumnya, laporan CPJ pada Bulan Mei menemukan tentara Israel telah membunuh sedikitnya 20 jurnalis dalam 22 tahun terakhir. Tidak ada satupun yang pernah dituntut atau dimintai pertanggungjawaban.

Awal bulan ini, penyelidikan Reuters menemukan, awak tank Israel membunuh Abdallah dan melukai enam wartawan di Lebanon pada 13 Oktober dengan menembakkan dua peluru secara berurutan dari arah Israel, ketika para jurnalis sedang merekam penembakan lintas batas.

Diketahui, setidaknya 1.200 orang tewas di Israel dan 240 orang disandera pada 7 Oktober, setelah kelompok militan Palestina Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan.

Sementara, pejabat kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 20.000 warga Palestina dikatakan tewas akibat serangan Israel, sedangkan ribuan lainnya diyakini hilang di bawah reruntuhan.