Presiden Herzog Sebut Israel Siap Melanjutkan Gencatan Senjata dan Pembebasan Sandera
JAKARTA - Presiden Isaac Herzog pada Hari Selasa mengisyaratkan kesiapan Israel untuk memasuki gencatan senjata di Gaza yang dimediasi asing, guna melanjutkan pembebasan sandera dan memungkinkan lebih banyak bantuan masuk ke wilayah kantong tersebut.
"Israel siap untuk jeda kemanusiaan lagi dan bantuan kemanusiaan tambahan untuk memungkinkan pembebasan sandera," jelas Presiden Herzog, dilansir dari Reuters 20 Desember.
"Dan tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan (pemimpin Hamas Yahya) Sinwar dan (pemimpin Hamas lainnya)," sambungnya.
Mengutip The National News, pernyataan Presiden Herzog menjadi tanda yang jelas ia bertentangan dengan desakan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, bahwa respons militer yang agresif adalah cara terbaik untuk membebaskan para tawanan.
Diketahui, cara terbaik untuk membebaskan sekitar 130 sandera yang masih berada di Gaza menjadi pertanyaan politik yang semakin pahit di Israel, meskipun ada dukungan luas dari dalam negeri terhadap perang negara tersebut dengan Hamas.
Keluarga para tawanan telah melancarkan kampanye besar-besaran untuk menuntut kepulangan mereka. Gerakan ini berulang kali menuduh Pemerintah Israel memprioritaskan tujuan militernya untuk menghancurkan Hamas, dibandingkan keselamatan para sandera.
Baca juga:
- Vatikan Setujui Pemberkatan untuk Pasangan Sesama Jenis, Asal...
- Jenderal Ukraina Akui Pasukannya di Garis Depan Pertempuran dengan Rusia Kekurangan Amunisi Artileri
- Menteri Keamanan Israel Ancam Keluar dari Koalisi Jika Perang Lawan Hamas Tidak Dilanjutkan dengan Kekuatan Penuh
- Menteri Iran Akui Jaringan Pom Bensin Terkena Serangan Siber dan Sempat Sebabkan Gangguan Nasional
Sedangkan pemerintah menegaskan kedua tujuan tersebut berjalan seiring dan bahwa kampanye militer adalah cara terbaik untuk membebaskan para tawanan.
Strategi tersebut dipertanyakan pekan lalu setelah militer Israel mengatakan pihaknya secara tidak sengaja membunuh tiga sandera Israel di Gaza, yang berusaha keras untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai non-kombatan.