Rupiah Kembali Diprediksi Melemah Akibat Sinyal Hawkish The Fed
JAKARTA - Nilai tukar rupiah pada hari Kamis 14 Desember 2023 diperkirakan akan kembali bergerak melemah setelah data inflasi AS yang turun menimbulkan sinyal bahwa The Fed belum akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar Rupiah hari Rabu 13 Desember, Kurs rupiah spot melemah tipis 0,26 persen ke Rp15.661 per dolar AS. Sementara, kurs rupiah Jisdor ditutup menguat ke level harga Rp15.629 per dolar AS dari posisi kemarin Rp 15.631 per dolar AS.
Direktur PT.Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menyampaikan pasar tetap yakin bahwa Fed akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada hari Rabu nanti. Namun pasar tenaga kerja yang kuat dan angka inflasi yang tidak stabil menimbulkan ketidakpastian mengenai prospek bank sentral pada tahun 2024.
"bulan November, sementara inflasi konsumen meningkat dan tetap jauh di atas target tahunan The Fed sebesar 2 persen. Para pedagang terlihat mengurangi pertaruhan terhadap penurunan suku bunga pada bulan Maret, di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa Ketua Fed Jerome Powell dapat mengulangi retorika bank yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama," jelasnya dalam keterangan resminya kamis 14 Desember.
Ibrahim menyampaikan setiap sinyal hawkish dari The Fed kemungkinan akan memicu penurunan tajam aset-aset yang didorong oleh risiko, yang telah meningkat tajam selama sebulan terakhir di tengah optimisme terhadap poros The Fed.
"Harga dana berjangka Fed menunjukkan peluang 43 persen penurunan suku bunga pada bulan Maret, turun tajam dari 60 persen yang diperkirakan pada minggu lalu," Jelasnya.
Dari dalam negeri, Pasar terus memantau komentar-komentar dari para ekonom, yang terus memberikan komentar positif tentang pertumbuhan ekonomi di tahun 2024.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi lebih lambat pada tahun politik 2024, akan berada di kisaran 4,9-5 persen dibandingkan tahun ini yang diprediksi 5 persen. Salah satu penyebabnya karena tahun depan ada Pemilu yang membuat semua pihak berhati-hati hingga berbagai kondisi negara maju yang masih mengalami kontraksi.
Selain itu, yang berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan adalah harga komoditas yang melemah, seperti harga minyak mentah, minyak kelapa sawit, batu bara, hingga logam dasar. Kemudian, konsumsi domestik diperkirakan melemah karena upah yang belum naik signifikan.
Hal ini membuat kalangan menengah bawah akan menahan konsumsi, tercermin dengan menurunnya penjualan kendaraan bermotor dan rumah.
Baca juga:
Ibrahim menjelaskan inflasi umum diprediksi turun pada 2024. Inflasi tahun depan diprediksi di angka 2,5-3 persen. Namun, yang menjadi masalah adalah kenaikan harga pangan yang menyebabkan inflasi pangan akan lebih tingggi.
Konsumsi rumah tangga stabil akan cenderung melemah, investasi relatif stabil karena perlambatan karena faktor tahun politik diredam dengan kebijakan hilirisasi, ekspor melemah karena surplusnya menipis, belanja pemerintah menguat.
Ibrahim memperkirakan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah pada perdagangan Kamis 14 Desember dalam rentang harga Rp15.640- Rp15.710 per dolar AS.