Rupiah Diperkirakan akan Bergerak Mendatar
Ilustrasi (Foto: Dok. Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Mata uang rupiah diperkirakan bergerak sideways atau mendatar pada perdagangan Selasa 14 November.

Adapun sentimen bagi pergerakan rupiah masih berasal dari nada hawkish The Fed.

Mengutip Bloomberg, rupiah spot ditutup melemah tipis 0,04 persen ke level harga Rp 15.701 per dolar AS pada perdagangan hari, Senin 13 November.

Sementara itu, pelemahan rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) sebesar 0,13 persen ke level Rp 15.713 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, rupiah dalam perdagangan Selasa 14 November diperkirakan akan berpotensi fluktuasi dalam kisaran Rp15.650-Rp15.750 per dolar AS.

Selain itu, Josua menilai, pergerakan Indeks Dolar AS cenderung stabil, di mana setelah sempat mengalami kenaikan hingga mencapai sekitar 106 sebelum mengalami resistensi dan akhirnya ditutup melemah 0,19 persen pada level 105,66.

Di sisi lain, investor cenderung berhati-hati menjelang rilis data inflasi AS bulan Oktober 2023 yang diperkirakan turun dari 3,7 persen menjadi 3,3 persen yoy.

Inflasi inti diperkirakan tetap stabil di 4,1 persen yoy.

"The Fed menekankan pentingnya untuk tetap memantau tren inflasi dan data pertumbuhan ekonomi yang saat ini masih cenderung solid guna melihat masih ada atau tidaknya ruang potensi kenaikan kembali suku bunga acuan," ujarnya kepada VOI, Selasa.

Pada perdagangan hari Senin kemarin, kata Josua, rupiah ditutup melemah atau terdepresiasi terbatas sebesar 0,03 persen, mencapai Rp15.700 per dolar AS.

rupiah bersama dengan mata uang regional secara umum melemah terhadap dolar AS, masih dipengaruhi oleh pernyataan hawkish dari the Fed minggu lalu.

Namun, depresiasi kemarin terbatas karena investor mencerna implikasi dari penurunan peringkat kredit AS oleh Moody's dari stabil menjadi negatif.

Selain itu, Investor juga mengambil pendekatan wait-and-see, mengantisipasi data inflasi AS untuk Oktobet 2023. Dari dalam negeri, investor juga menunggu data perdagangan Indonesia, yang diprediksi masih menunjukkan surplus.

Menurut Josua, di tengah investor mencerna data ekonomi dan pasar terkini, dan mengantisipasi informasi mendatang, mayoritas yield SUN naik 1-4bps. Secara lebih spesifik, imbal hasil untuk seri benchmark 5-tahun, 10-tahun, 15-tahun, dan 20-tahun tercatat masing-masing di level 6,91 persen (4bps), 6,85 persen (0bps), 7,00 persen (1bps), dan 7,06 persen (3bps).

Adapun hingga 8 November 2023, kepemilikan asing dalam obligasi pemerintah mencapai Rp820,4 triliun, mencerminkan aliran masuk bersih sebesar Rp10 triliun secara mtd atau aliran masuk bersih sebesar Rp58,2 triliun secara ytd. Kepemilikan asing tercatat sebesar 14,8 persen dari total outstanding obligasi pemerintah.

Pengamat Mata Uang Lukman Leong menyampaikan, nilai tukar rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS pada perdagangan, Selasa 14 November.

"Sebab, imbal hasil obligasi AS yang terkoreksi oleh antisipasi data inflasi AS malam ini yang diperkirakan akan kembali termoderasi," Jelasnya.

Namun, lukman memperkirakan penguatan rupiah masih akan terbatas dan investor juga akan mengantisipasi data neraca perdagangan Indonesia yang diperkirakan akan kembali melanjutkan surplus walaupun ekspor dan impor diperkirakan akan kembali turun.

Menurut Lukman, rupiah akan diperdagangkan dalam rentang harga Rp15.650 - Rp15.750 per dolar AS di perdagangan Selasa 14 November.