Beda Undecided Voters dan Swing Voters, Dua Kelompok yang Diperebutkan dalam Pilpres

YOGYAKARTA – Debat perdana calon presiden (capres) dapat dijadikan sebagai momen untuk menyampaikan gagasan dan program yang masuk akal agar dapat menarik minat undecided voters dan swing voters di Pemilu 2024. Lantas, apa beda undecided voters dan swing voters? Simak informasi selengkapnya berikut ini.

Sebagai informasi, angka undecided voters di Pilpres masih cukup tinggi. Berdasarkan survei yang dilakukan Litbang Kompas, angka undecided voters mencapai 28,7 persen. Angka ini cukup besar mengingat pemilihan presiden tinggal dua bulan lagi.

Pun demikian dengan angka swing voters. Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI) melaporkan jumlah swing voters untuk pilpres 2024 mencapai 44 persen.

Beda Undecided Voters dan Swing Voters

Undecided voters merupakan orang-orang yang menyembunyikan pilihan atau benar-benar belum mempunyai kandidat yang akan dipilih dalam pemilihan umum.

Dalam survei, kelompok undecided voters dapat dideteksi lewat jawaban yang diberikan responden yang menjawab tidak ada, tidak tahu, atau rahasia.

Kelompok undecided voters biasanya berasal dari kalangan menengah kritis yang masih ingin memantau perkembangan setiap kandidat. Kelompok ini tidak mudah digaet, sebab mereka umumnya justru pemilih yang berusia matang, kritis, dan memiliki banyak tuntutan. Undecided voters sangat cermat memilih karena itu pula mereka menentukan pilihan di saat-saat terakhir.

Sedangkan swing voters adalah istilah yang digunakan untuk menyebut para pemilih rasional yang dapat berubah pilihan sesuai dengan ide gagasan tertentu.

Melansir VOI, swing voters juga dapat diartikan sebagai seseorang yang pada pemilu sebelumnya memilih sebuah partai politik A, namun ketika pemilu mendatang berubah mendukung partai B.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa swing voters adalah pemilih yang tidak loyal. Dalam pemilihan umum, swing voters akan menilai para calon berdasarkan rasionalitas serta tidak akan terpengaruh dengan hubungan apapun.

Ini artinya, sekalipun yang mencalonkan adalah keluarganya, belum tentu akan dipilih dalam pemilu. Hal itu adalah karena mereka akan menilai dari kemampuan semua calon.

Kerasionalan swing voters inilah yang akan memacu para calon untuk bersaing dalam menunjukkan kemampuan terbaiknya. Sebab jika tidak menemukan ada yang pantas atau mampu untuk menjadi calon legislatif hingga presiden yang baik untuk negara, bisa jadi para swing voters akan memilih golput.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika, saat ini swing voters didominasi generasi milenial yang banyak mengakses internet.

Berdasarkan data, angka swing voters terus mengalami kenaikan di tiap pemilu. Pada Pemilu 1999, jumlah swing voters sebesar 7,3 persen. Angka ini naik menjadi 15,9 persen pada Pemilu 2004. Kemudian, naik menjadi 28,3 persen pada Pemilu 2009, dan jadi 29,1 persen pada Pemilu 2014.

Karena angkanya cukup tinggi, kelompok undecided voters dan swing voters dianggap sebagai dewa elektoral. Dua kelompok ini sering jadi rebutan pasangan calon presiden dan wakil presiden karena dianggap dapat memberikan kontribusi besar terhadap kemenangan di pemilihan umum.

Demikian informasi tentang beda undecided voters dan swing voters. Seoga artikel ini dapat menambah wawasan para pembaca setia VOI.ID.