Tether Raup Untung dari Investasi Bitcoin, Cuan Rp15,5 Triliun!
JAKARTA - Tether, penerbit stablecoin terkemuka di dunia, mengumumkan keuntungan lebih dari 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp15,5 triliun dari investasi mereka dalam Bitcoin (BTC). Tether memiliki Bitcoin senilai 2,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp37,3 triliun, yang dibeli seharga rata-rata 22.480 dolar AS atau sekitar Rp 348,9 juta per Bitcoin.
Tether, penerbit USDT, stablecoin terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar, yang diklaim dijamin 1:1 oleh cadangan mata uang fiat. USDT digunakan sebagai alat tukar dan penyimpan nilai di berbagai platform kripto, terutama untuk perdagangan margin dan arbitrase. USDT juga menjadi salah satu faktor yang mendorong permintaan dan harga Bitcoin.
Analis on-chain yang dikenal dengan namanya di platform media sosial X bernama EmberCN, memberitahu 64.000 pengikutnya bahwa Tether saat ini memiliki total 57.576 BTC, yang dibeli dengan harga rata-rata 22.480 dolar AS per Bitcoin. Aset kripto teratas berdasarkan kapitalisasi pasar saat ini diperdagangkan seharga 44.061 dolar AS atau sekitar Rp 684,2 juta pada saat penulisan artikel ini dan mengalami kenaikan lebih dari 5% dalam 24 jam terakhir.
Baca juga:
Tether mengumumkan pada bulan Mei bahwa mereka akan secara rutin mengalokasikan hingga 15% dari keuntungan operasional netto yang diakui untuk membeli BTC. EmberCN mencatat bahwa Tether telah membeli 4.083 BTC sejak pengumuman tersebut.
Paolo Ardoino, Chief Executive Officer baru Tether, menyatakan pada saat itu bahwa keputusan perusahaan untuk berinvestasi dalam Bitcoin didasarkan pada kekuatan dan potensi investasi.
"Bitcoin terus membuktikan ketahanannya dan telah muncul sebagai penyimpan nilai jangka panjang dengan potensi pertumbuhan substansial. Pasokan yang terbatas, sifat terdesentralisasi, dan adopsi luas telah menempatkan Bitcoin sebagai pilihan favorit di kalangan investor institusional maupun ritel.
"Investasi kami dalam Bitcoin bukan hanya untuk meningkatkan kinerja portofolio kami, tetapi juga sebagai cara untuk sejalan dengan teknologi transformatif yang berpotensi mengubah cara kita melakukan bisnis dan menjalani hidup," tutur Paolo Ardoino. Dia sebelumnya menjabat sebagai Chief Technology Officer Tether pada saat pengumuman tersebut dan dipromosikan menjadi CEO pada bulan Oktober.