Deontay Wilder Nilai Duel Fury versus Usyk Akan Berjalan Seimbang
JAKARTA – Mantan juara dunia kelas berat, Deontay Wilder, memandang pertarungan antara Tyson Fury dan Oleksandr Usyk akan berjalan sangat seimbang.
Fury dan Usyk dijadwalkan naik ring pada 17 Februari 2024 di Arab Saudi. Keduanya akan berusaha menyatukan semua sabuk gelar divisi kelas berat, yaitu WBC, IBF, IBO, WBA, dan WBO.
"Ini pertarungan 50-50. Apa pun bisa terjadi," kata penguasa gelar kelas berat WBC dari 2015 sampai 2020 tersebut, seperti dilansir Boxing Scene.
Pertarungan Fury dan Usyk merupakan salah satu pertarungan yang begitu ditunggu-tunggu. Fury akan mempertahankan gelar WBC yang ia pegang sambil berusaha merebut tiga sabuk yang dimiliki Usyk.
Duel keduanya kemungkinan besar akan menghasilkan juara dunia tidak terbantahkan sejak Lennox Lewis melakukannya pada tahun 1999 silam.
Baca juga:
Wilder mengatakan bahwa Fury diunggulkan karena fisiknya jauh lebih tinggi. Namun, keuntungan tersebut tidak bisa sepenuhnya digunakan menjadi landasan.
"Orang-orang melihat fisik Fury sebagai keuntungan besar, tetapi itu tidak berarti apa-apa. Usyk lebih rendah, sedangkan Fury sangat tinggi sehingga akan sulit untuk menjangkau lawannya," kata dia.
Usyk memenangi gelar kelas berat setelah mengalahkan Anthony Joshua pada September 2021. Dia kemudian mempertahankan gelar dalam duel ulang mereka setahun kemudian.
Gelar tersebut tetap masih aman di tangannya setelah berhasil mengalahkan Daniel Dubois pada Agustus 2023. Itu adalah kemenangan yang menjaga rekor belum terkalahkan dalam 21 pertarungan.
Sementara itu, Fury mendapat gelar WBC usai menghentikan Wilder pada Februari 2020. Dia kemudian kembali menang dalam duel ulang mereka dan berhasil mempertahankannya dalam dua laga setelahnya tahun lalu, masing-masing melawan Dillian Whyte dan Derek Chisora.
Meski demikian, Fury keluar melawan Usyk dengan modal yang kurang baik akibat kemenangan kontroversialnya melawan mantan juara kelas UFC, Francis Ngannou, pada Oktober 2023.
Dalam duel itu, Fury sempat dibuat terjatuh pada ronde ketiga. Oleh karena itu, banyak yang menganggap Ngannou seharusnya lebih layak keluar sebagai pemenang.