Pemimpin Hamas Haniyeh Klaim Gencatan Senjata di Gaza Kemenangan Politik, Menlu Iran Sebut Israel dan AS Gagal
JAKARTA - Pemimpin senior Hamas mengklaim kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza sebagai kemenangan saat bertemu Menteri Luar Negeri Iran, dengan Teheran memuji perjuangan kelompok militan yang diakuinya berdampak besar.
Bertemu Hossein Amir-Abdollahian di Doha, Qatar, Ismail Haniyeh mengatakan pihaknya mendapatkan kemenangan politik dari kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
"Gencatan senjata adalah kemenangan politik yang dicapai sebagai hasil keberhasilan kekuatan perlawanan di lapangan. Musuh kami membunuh perempuan, anak-anak dan warga sipil lainnya serta menghancurkan rumah mereka, namun tidak pernah mampu mencapai tujuannya," sebut Haniyeh seperti mengutip Reuters dari ISNA 24 November.
Dalam kesempatan tersebut, Haniyeh juga menyampaikan penghargaan atas dukungan dari pemerintah, presiden dan rakyat Iran untuk Palestina, khususnya selama konflik di Gaza, dikutip dari Press TV.
Sementara, Menlu Abdollahian setuju dengan penilaian tersebut berdasarkan kinerja tentara Israel ini.
"Israel mengatakan bahwa tujuan serangan ke Gaza adalah untuk menghancurkan Hamas. Namun, setelah lebih dari sebulan aksi militer agresif, Israel dan AS masih gagal mencapai kesuksesan dan harus bernegosiasi dengan Hamas untuk gencatan senjata dan pembebasan sandera," tulis kantor berita itu, mengutip Menlu Abdollahian.
Ia juga menyampaikan ucapan selamat atas perlawanan, ketangguhan dan kemenangan rakyat Palestina dan warga Gaza selama agresi terbaru Israel.
"Konsekuensi Operasi Badai al-Aqsa mengguncang dunia," ujarnya.
Baca juga:
- Menlu Cameron Kunjungi Palestina, Inggris Bakal Tambah Bantuan Rp500 Miliar untuk Gaza
- 24 Perempuan dan 15 Remaja Laki-laki Palestina akan Dibebaskan dari Penjara Israel Hari Ini
- Dituduh Melakukan Pelecehan Seksual Terhadap Mantan Rekan Kerjanya, Wali Kota New York: Saya Tidak Ingat
- Truk Pengangkut Bahan Bakar dan Gas mulai Masuki Jalur Gaza Melalui Rafah
Diketahui, Hamas dan Israel pada Hari Rabu mencapai kesepakatan untuk melakukan melepaskan sedikitnya 50 sandera, sementara Israel membebaskan 150 tahanan Palestina, usai perundingan dengan mediator Qatar, serta Mesir dan Amerika Serikat. Proses itu dilakukan secara bertahap selama empat hari, dengan gencatan senjata dilakukan selama proses berlangsung.
Sempat mundur sehari, proses pembebasan sandera dan tahanan yang diikuti dengan gencatan senjata dimulai pada Hari Jumat ini. Gencatan senjata dimulai pagi pukul 07:00 waktu setempat.
Sementara pembebasan sandera dan tahanan dilakukan sorenya. Untuk tahap pertama, sebanyak 13 sandera Israel dibebaskan, sementara di sisi lain 39 tahanan Palestina juga dibebaskan (24 perempuan dan 15 remaja laki-laki).