Jika Benar Pencalonan Gibran Jadi Cawapres Didorong Iriana Jokowi, Apakah Itu Salah?
JAKARTA - Nama Iriana Jokowi sedang menjadi perbincangan hangat. Ia disebut-sebut sebagai aktor utama yang mendorong Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon wakil presiden.
Sejumlah pertanyaan muncul soal siapa yang benar-benar menginginkan Gibran maju dalam kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 padahal karier politiknya disebut masih bau kencur.
Kemudian muncul kabar bahwa Iriana lah yang ngebet memajukan putra sulungnya sebagai Cawapres dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang mengusung Prabowo Subianto sebagai presiden.
Gibran dengan tegas membantah rumor tersebut. Dan hal senada juga diungkapkan Ketua Harian Gerindra, Dasco.
"Begini, kan apa yang disampaikan itu kita belum tahu kebenarannya. Tapi yang pasti memang sejak Mas Gibran ini maju ada-ada saja isu yang dicari, kan gitu," kata Dasco.
Mempertanyakan Dukungan Iriana
Sejak nama Gibran disebut-sebut bakal maju dalam Pilpres 2024 banyak pertanyaan di benak masyarakat.
Pertama, soal bagaimana bisa seorang Gibran maju dalam Pilpres padahal ia tidak memenuhi syarat batas usia. Kedua, Gibran tak punya pengalaman mumpuni di ranah politik. Putra sulung Presiden Joko Widodo ini baru dua tahun memimpin Surakarta sebagai wali kota.
Tapi seketika Gibran seperti mendapatkan karpet merah lewat putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang akhirnya mengizinkan Capres maupun Cawapres berusia di bawah 40 tahun maju dalam Pilpres dengan syarat ia pernah atau sedang menduduki jabatan kepala daerah yang dipilih melalui Pemilu.
Publik jelas marah dengan putusan MK tersebut. Apalagi melihat fakta bahwa Ketua MK Anwar Usman adalah adik ipar Jokowi, yang artinya ia adalah paman Gibran.
Singkat cerita, muncul kabar bahwa Iriana adalah dalang di balik pencalonan Gibran sebagai Cawapres Prabowo. The First Lady ini bahkan disebut sudah men-spill bahwa Gibran akan maju di Pilpres di berbagai kesempatan pertemuan keluarga besar.
Sejauh ini, Iriana memang tidak pernah secara blak-blakan mengungkapkan apakah majunya Gibran murni keinginan sang anak atau justru hanya ambisi Sang Ibu?
Tapi di beberapa kesempatan, saat ditanya wartawan soal pencalonan Gibran, Iriana memberikan acungan jempol yang kerap diartikan sebagai isyarat setuju.
Iriana, dan ibu-ibu lainnya di dunia, tentu menginginkan yang terbaik untuk anak mereka. Tapi, harus dilihat apakah sesuatu yang dipaksakan akan berdampak baik atau justru sebaliknya.
Psikolog senior Tika Bisono tidak melihat ada yang aneh dengan keinginan seorang ibu yang mendorong kemajuan anaknya. Namun, menurutnya, hal tersebut berpotensi menimbulkan dampak buruk.
“Orang tua yang ingin anaknya maju tentu tidak salah. Bahkan, orang tua harus mendorong anaknya untuk maju. Dari sudut pandang orang tua, ini tidak ada yang salah,” kata Tika Bisono kepada VOI.
“Tapi ketika kemudian dorongan ini ke arah yang belum tepat, maka dorongan ini salah,” imbuhnya.
Cawe-cawe Politik Iriana
Iriana, menurut sejumlah sumber, melakukan cawe-cawe politik demi memenuhi ambisinya. Ia dikabarkan ‘bergerilya’ sejak lama. Tak hanya menggalang keluarga besar, Iriana juga disebut aktif meminta dukungan organisasi kemasyarakatan serta meminta dukungan sejumlah pengusaha di Solo. Para pengusaha ini merupakan kawan Jokowi juga ketika ia masih aktif di bisnis furnitur.
Anggota senior HIPMI, Sharif Cicip Sutardjo membantah tudingn adanya lobi spesial oleh Iriana. Namun ia tidak membantah bahwa beberapa anggota HIPMI memberikan dukungannya pada Prabowo-Gibran.
“Saya juga bergabung dalam Dewan Penasihan Tim Kampanye Nasional Prabowo-Gibran,” ucap Cicip.
Sementara itu Respati Ardi, Ketua Umum HIPMI Solo mengatakan sejumlah anggota di organisasinya memang memberikan dukungan kepada Gibran, tapi ia membantah ada pihak-pihak yang memberikan instruksi tersebut.
“Kami mendukung Gibran sebagai figur yang kami pikir mewakili anak muda,” tegasnya.
Gibran yang kemudian menjadi Cawapres Prabowo memang disambut banyak pihak. Ia disebut-sebut mewakili suara anak muda, yang merupakan pemilih terbanyak saat Pilpres 2024 nanti.
Tapi di satu sisi, pengalaman Gibran sebagai pemimpin inilah yang dipertanyakan. Di usianya yang baru 36 tahun, Gibran tak punya sepak terjang mengagumkan di dunia politik.
Ia baru nyemplung ke dalam gelanggang politik sesaat sebelum maju sebagai dalam Pilkada Surakarta 2020. Iriana dinilai terlalu buru-buru menjebloskan Gibran, sehingga justru bisa merugikan anaknya sendiri.
Baca juga:
“Ketika kemudian mendorong ke arah yang belum tepat, ini jadi salah. Tidak tepat kompetensi, tidak tepat waktu, tidak tepat situasi mental,” Tika Bisono menegaskan.
“Ini malah jadi ‘nyeburin’ anak. Nyeburin anak ini jadi jelek, gak ada bagus-bagusnya. Mendorong sesuatu yang negatif, akan berujung negatif juga dan yang paling merugi adalah manusia yang dipaksa tersebut,” kata Tika mengimbuhkan.