Kantor HAM PBB Sebut 200 Ribu Orang Mengungsi Meninggalkan Gaza Utara

JAKARTA - Diperkirakan 200.000 orang telah meninggalkan Gaza utara, Palestina sejak 5 November, menurut Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

"Diperkirakan 200.000 orang telah berpindah sejak 5 November melalui koridor yang dibuka oleh militer Israel, menurut pemantauan OCHA," kata organisasi tersebut dalam laporan situasi yang diterbitkan Selasa, dilansir dari CNN 15 November.

Sebelumnya, militer Israel telah mengoperasikan serangkaian koridor kemanusiaan yang memungkinkan orang-orang di Gaza utara untuk berpindah dengan aman ke selatan.

Lebih jauh OCHA menyoroti, mereka yang pindah ke wilayah selatan telah bergulat dengan “kepadatan yang berlebihan dan terbatasnya akses terhadap tempat tinggal, makanan dan air,” yang menciptakan “kekhawatiran yang semakin besar.”

Menurut OCHA, "ratusan ribu" orang "yang tidak mau atau tidak mampu pindah ke wilayah selatan, tetap tinggal di wilayah utara."

"Mereka berjuang untuk mendapatkan jumlah minimum air dan makanan untuk bertahan hidup. Konsumsi air dari sumber yang tidak aman menimbulkan kekhawatiran serius mengenai dehidrasi dan penyakit yang ditularkan melalui air," tambah OCHA.

Terpisah, seorang anggota senior sayap kanan pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, akan lebih baik bagi warga Palestina di sana untuk pindah ke negara lain.

Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengataka, dia mendukung seruan dua anggota parlemen Israel yang menulis dalam editorial Wall Street Journal, negara-negara Barat harus menerima keluarga warga Gaza yang menyatakan keinginan untuk pindah.

"Saya menyambut baik inisiatif emigrasi sukarela warga Arab Gaza ke negara-negara di seluruh dunia," kata Smotrich dalam sebuah pernyataan, seperti melansir Reuters.

"Ini adalah solusi kemanusiaan yang tepat bagi penduduk Gaza dan seluruh wilayah setelah 75 tahun menjadi pengungsi dalam kemiskinan dan bahaya," sambungnya.

Dia mengatakan, wilayah sekecil Jalur Gaza tanpa sumber daya alam tidak dapat bertahan sendirian, dan menambahkan: "Negara Israel tidak akan lagi dapat menerima keberadaan entitas independen di Gaza".