Kala Menkes Terawan Heran Banyak Orang Sehat Pakai Masker

JAKARTA - Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto keluar ruang isolasi Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Suroso. Dia selesai menjenguk dan mengecek keadaan dua WNI yang baru dinyatakan positif virus corona atau COVID-19. 

Para awak media sudah menunggu Terawan di teras rumah sakit untuk menggali informasi perihal kondisi pasien tersebut. Hampir semua wartawan yang hadir mengenakan masker kesehatan. Ada yang dibawa sebelum mendatangi rumah sakit, ada juga yang meminta masker dari petugas rumah sakit di depan ruangan. 

Sementara, Terawan dan rombongannya tak ada yang menggunakan masker. Mereka baru saja bertemu pasien corona di rumah sakit ini. 

Sekitar lima menit Terawan memberikan keterangan, matanya jelalatan. Dia heran, awak media banyak yang mengenakan masker. 

"Sek, sebentar. Saya bingung, ini yang sakit siapa? Kok semua heboh sekali pakai masker. Aku tanya, yang sakit kalian atau saya?" kata Terawan di RSPI Sulianti Suroso, Jakarta Utara, Senin, 2 Maret. 

Sejumlah wartawan yang sedang menunggu konferensi pers di RSPI Sulianti Suroso (Diah Ayu Wardani/VOI)

Terawan sadar, alasan orang yang mendekati lokasi pasien positif corona mengenakan masker karena ada kekhawatiran yang cukup tinggi jika sewaktu-waktu bisa tertular. 

Tapi, dia menegaskan, orang yang dalam kondisi sehat tak perlu mengenakan masker. Hal ini, kata dia, sesuai dengan prosedur kesehatan dari World Health Organization (WHO). Yang semestinya mengenakan masker hanyalah orang sakit. 

"Kamu (orang yang sehat) kalau ke mana mana enggak usah maskeran, nanti dikira kamu yang sakit. Yang pake masker hanya yang sakit supaya tidak menularkan. Yang sehat perlindungannya ya imunitas," jelas Terawan. 

Soal kekhawatiran orang-orang tertular virus COVID-19, kata Terawan, tak perlu bertindak berlebihan. Sebab, kata dia, tidak semua orang yang mengalami kontak jarak dekat dengan pasien positif maupun suspect corona bisa langsung tertular. 

"Tidak semua yang kontak itu akan menjadi sakit, tergantung keadaan tubuhnya," ucap dia. 

Kebutuhan masker di Indonesia meningkat setelah informasi virus corona muncul di Wuhan, China, beberapa waktu lalu. Masker pun jadi langka dan harganya melesat. Bahkan, beberapa waktu lalu, Polda Metro Jaya melakukan penggerebekan terhadap pabrik dan gudang masker ilegal. Para pelaku sengaja membuat masker yang tidak sesuai dengan standar nasional Indonesia karena tahu kebutuhan yang meningkat.

Hari ini, dua WNI dinyatakan terjangkit virus COVID-19 setelah melakukan kontak dengan seorang warga negara Jepang. Temuan tersebut merupakan kasus pertama di wilayah Indonesia, yang selama ini pemerintah mengaku belum ada penyebaran virus.

Pengumuman soal adanya warga yang terjangkit virus yang berasal dari Kota Wuhan, China ini disampaikan secara langsung oleh Presiden Joko Widodo.

"Minggu yang lalu ada informasi, bahwa ada orang Jepang yang ke Indonesia kemudian tinggal di Malaysia dan di cek di sana ternyata positif corona. Tim dari Indonesia langsung menelusuri orang Jepang ini ke Indonesia bertamu ke siapa, bertemu dengan siapa ditelusuri dan ketemu," kata Jokowi di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin, 2 Maret.

Setelah ditemukan, dari hasil penelusuran terdapat dua orang yang lantas positif terjangkit virus COVID-19 akibat berhubungan dengan warga Jepang tersebut. Adapun hubungan keduanya adalah ibu dan anak yang berusia 64 tahun dan 31 tahun.

"Dicek dan tadi pagi saya mendapatkan laporan dari Pak Menkes bahwa ibu ini dan putrinya positif corona," ungkap Jokowi.

Kedua pasien positif corona tersebut dalam kondisi yang cukup baik, meskipun masih mengalami batuk-batuk. Mereka ada di ruang isolasi yang gedungnya terpisah dengan gedung utama RSPI Sulianti Suroso. 

Perawatan yang dilakukan terhadap dua pasien tersebut dilakukan layaknya merawat orang terjangkit flu. Penyembuhannya berupa self limited disease, yakni peningkatan imunitas tubuh.