Menghindar dari Pengalaman Traumatis, Menurut Pakar: Menghambat Penyembuhan

YOGYAKARTA – Menghindar dari pengalaman traumatis, disebut trauma denial, yang merupakan mekanisme pertahanan untuk melindungi diri dari rasa sakit emosional. Di sisi yang menguntungkan, penyangkalan trauma berfungsi sebagai perisai yang memisahkan aspek mental dan emosional dari peristiwa traumatis. Tetapi ini tidak banyak membantu dalam proses penyembuhan trauma.

Menurut psikolog di Yardley, Pennsylvania, Sabina Mauro, trauma denial mungkin berguna dalam jangka pendek. Hal ini memungkinkan orang yang selamat dari trauma untuk berdiri dan bangkit kembali. Namun, seperti memakai sepatu tua, kenyamanan hanya sementara dan pada akhirnya akan rusak kalau tak segera diganti dengan perspektif baru.

“Penolakan trauma yang terus-menerus menyebabkan lebih banyak penderitaan daripada yang seharusnya. Meskipun pada penyintas trauma mungkin belajar bagaimana menekan pengalaman tidak menyenangkan di masa lalu mereka, tubuh dan pikiran mereka akan terus membawanya sampai trauma tersebut dihadapi,” jelas Sabina dilansir Positive Psychology, Senin, 30 Oktober.

Illustrasi menurut pakar tentang penyembuhan trauma (Freepik/Dragen Zigic)

Trauma sendiri, adalah respons emosional saat mengalami, atau menyaksikan, peristiwa atau serangkaian peristiwa yang menyusahkan. Beberapa pengalaman terkait dengan trauma, meliputi kecelakaan, pelecehan masa kecil, kekerasan dalam rumah tangga, kehilangan orang yang dicintai, bencana alam, penyerangan seksual, menyiksa, dan perang. Setelah seseorang mengalami pengalaman traumatis tertentu, orang tersebut mungkin mengalami kecemasan, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), depresi, gangguan kepribadian, skizofrenia, dan gangguan penggunaan zat.

Meskipun menghindari dari pengalaman traumatis sedikit membantu meminimalisir dampak, tetapi dengan mengubur, menekan, dan menghindari, trauma tidak terselesaikan. Ada banyak manfaat trauma denial, seperti membantu menghindari rasa sakit, menjalani hidup selanjutnya, mempertahankan kesetiaan, bertahan dalam situasi sulit, dan melindungi harga diri.

“Masalahnya dengan menyangkal sampai Anda mengakui dan mengenali trauma apa adanya, Anda menyangkal pengalaman Anda sendiri. Penyangkalan terhadap trauma pada akhirnya menciptakan hambatan terhadap kemampuan untuk menyembuhkannya,” kata Meagan Turner, terapis berlisensi di Tucker, Georgia.

Untuk mengatasi trauma, mungkin prosesnya membutuhkan waktu. Bukan hal mustahil, tetapi kalau telah teratasi akan mengurangi beban berat. Pakar menyebutkan, untuk memulai penyembuhan dan mengelola perilaku penghindaran atau trauma denial, perlu mendapat bantuan baik dari professional maupun orang terdekat. Terapi untuk mengatasi trauma, bisa dengan hal yang menyenangkan. Seperti dengan seni dan modalitas ekspresi lainnya untuk mengatasi trauma.