5 Cara Mendisiplinkan Anak Tanpa Memukul
JAKARTA - Memukul adalah salah satu topik parenting yang paling banyak diperdebatkan. Meski sebagian besar dokter anak dan pakar pengasuhan anak tidak menganjurkan pemukulan. Tapi sebagian besar orang tua di seluruh dunia mengakui bahwa memukul jadi satu metode mendisiplinkan anak.
Bagi banyak orang tua, memukul jadi cara tercepat dan paling efektif mengubah perilaku anak. Meski berhasil dalam jangka pendek, namun penelitian menunjukkan hukuman fisik memiliki konsekuensi jangka panjang bagi anak-anak.
Jika Anda mencari alternatif selain memukul, berikut lima cara mendisiplinkan anak tanpa menggunakan hukuman fisik.
Kehilangan Hak Istimewa
Tujuannya bukan menghukum anak agar tunduk, namun untuk membantu dia belajar membuat pilihan yang lebih baik di masa depan. Namun hal ini membutuhkan latihan. Jika anak berperilaku buruk, ajari dia bahwa konsekuensinya adalah kehilangan hak istimewa. Misal, saat anak melewati batas screen time yang ditentukan, ambil handphone, laptop, atau matikan tv sehingga dia tak memiliki akses akan hal tersebut. Perjelas kapan hak istimewanya dapat diperoleh kembali. Biasanya, 24 jam cukup lama untuk mengajari anak belajar dari kesalahannya.
Time-out
Amy Morin, LCSW seorang Psychotherapist dilansir dari Very Well Mind, Senin, 23 Oktober, menyebutkan bahwa memukul anak karena perilaku buruk (terutama agresi) menimbulkan pesan yang beragam. Anak akan bertanya-tanya mengapa Anda boleh memukulnya, tetapi tidak boleh jika dia memukul saudaranya.
Menempatkan anak dalam time-out bisa menjadi alternatif yang jauh lebih baik. Jika dilakukan dengan benar, waktu menyendiri mengajarkan anak cara menenangkan diri, yang merupakan keterampilan hidup yang berguna.
Namun agar waktu menyendiri menjadi efektif, anak perlu menghabiskan banyak waktu positif bersama orang tuanya. Sehingga, ketika dia tersingkir dari suatu situasi, dia akan mulai belajar mengatur diri sendiri, mengekspresikan emosi dengan tepat, dan membuat pilihan berbeda di masa depan.
Mengajarkan Keterampilan Baru
Tidak hanya memengaruhi mental anak, memukul juga tidak mengajarkan anak bagaimana berperilaku yang baik. Memukul anak saat dia sedang tantrum tidak akan mengajarinya cara menenangkan diri saat dia kembali merasa kesal.
Anak belajar banyak dari cara memecahkan masalah, mengelola emosi, dan berkompromi. Ketika orang tua mengajarkan keterampilan ini, masalah perilaku dapat diminimalisir. Gunakan disiplin yang bertujuan untuk mengajar, bukan menghukum.
Baca juga:
Mengabaikan Perilaku Buruk yang Bersifat Ringan
Mengabaikan secara selektif sebenarnya bisa lebih efektif daripada memukul. Ini tidak berarti Anda harus mengabaikannya jika anak melakukan sesuatu yang berbahaya atau tidak pantas. Namun Anda bisa mengabaikan perilaku mencari perhatian.
Saat dia mencoba mendapatkan perhatian dengan merengek atau mengeluh, jangan hiraukan. Lihatlah ke arah lain, berpura-puralah tidak dapat mendengarnya dan jangan merespons. Lalu, saat dia meminta dengan baik atau berperilaku baik, kembalikan perhatian Anda padanya. Seiring waktu, anak akan belajar bahwa perilaku sopan adalah cara terbaik memenuhi kebutuhannya.
Konsekuensi Logis
Konsekuensi logis adalah cara tepat membantu anak yang mengalami masalah perilaku tertentu. Konsekuensi logis secara khusus terkait dengan perilaku buruk tersebut.
Misalnya, jika anak tidak makan malam, jangan biarkan dia makan camilan sebelum tidur. Atau jika dia menolak mengambil mainannya, jangan izinkan dia bermain dengan mainan itu sepanjang hari. Mengaitkan konsekuensi secara langsung dengan masalah perilaku membantu anak melihat bahwa pilihannya mempunyai konsekuensi langsung.