Israel Konfirmasi Jumlah Warganya yang Disandera Bertambah Jadi 212 Orang, Korban Tewas Palestina Tembus 4.741 Jiwa
JAKARTA - Otoritas Israel mengonfirmasi jumlah warganya yang disandera di Gaza bertambah, sementara korban tewas dan luka-luka di pihak Palestina juga terus meningkat, sejak konflik bersenjata pecah di wilayah itu usai serangan Hamas dua pekan silam.
Juru bicara militer Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan, pihaknya sejauh ini telah memberi tahu keluarga 212 sandera terkait penahanan di Jalur Gaza.
Namun dia mengatakan, jumlah tersebut belum final karena militer terus menyelidiki informasi baru mengenai mereka yang hilang, seperti dikutip dari The Times of Israel 23 Oktober.
Dikatakan pula, jumlah itu tidak termasuk Judith Raanan dan putrinya Natalie, yang dibebaskan Hamas pada Jumat malam.
Pekan lalu, Laksda Hagari mengatakan jumlah mereka yang disandera di Jalur Gaza mencapai 203 orang.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza pada Hari Minggu mengungkapkan, jumlah korban tewas di Gaza sejak 7 Oktober telah meningkat menjadi 4.741 orang dan lebih dari 15.898 orang terluka, mengutip The Guardian.
Juru bicara kementerian Dr. Ashraf Al-Qidra mengatakan, selama 24 jam terakhir, 266 orang tewas termasuk 117 anak-anak, seperti dikutip dari CNN.
Baca juga:
- IDF Sebut Pasukannya Berhasil Menyerang Lebih dari 100 Sasaran Hamas di Gaza Semalam
- Perusahaan Garmen India Putus Hubungan Bisnis dengan Israel Usai Ledakan di Rumah Sakit Gaza
- Pentagon Sebut Beijing Bisa Miliki Lebih dari 1.000 Hulu Ledak Nuklir Tahun 2030, AS: China Terus Melakukan Modernisasi
- Tingkatkan Patroli di Baltik Usai Kerusakan Infrastruktur Bawah Laut, NATO Kerahkan Kapal Perang, AWACS hingga Drone
Selain itu, kementerian telah menerima 1.450 panggilan telepon mengenai orang hilang yang diyakini berada di bawah reruntuhan, 800 di antaranya adalah anak-anak, tambah Al-Qudra.
Di sisi lain, pihak otoritas Israel mengatakan, setidaknya 1.400 orang tewas dan 5.431 lainnya terluka di pihak mereka, seperti dikutip dari ABC News dan The Times of Israel.