Iran Serukan Negara OKI Melakukan Embargo hingga Pengusiran Duta Besar Israel

JAKARTA - Anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) harus memberlakukan embargo minyak dan sanksi lainnya terhadap Israel, termasuk mengusir semua duta besar negara itu, kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian pada Hari Rabu.

Pertemuan mendesak OKI sedang berlangsung di Kota Jeddah, Arab Saudi untuk membahas meningkatnya konflik Israel-Palestina, setelah ledakan di sebuah rumah sakit Gaza pada Selasa malam yang menewaskan sejumlah besar warga Palestina.

"Menteri luar negeri menyerukan embargo segera dan menyeluruh terhadap Israel oleh negara-negara Islam, termasuk sanksi minyak, selain mengusir duta besar Israel jika hubungan dengan rezim Zionis sudah terjalin," kata Kementerian Luar Negeri Iran dalam sebuah pernyataan, melansir Reuters 18 Oktober.

Dalam kesempatan tersebut, Amirabdollahian juga menyerukan pembentukan tim pengacara Islam untuk mendokumentasikan potensi kejahatan perang yang dilakukan Israel di Gaza.

Diketahui, Iran tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Palestina dan Israel saling menyalahkan atas ledakan yang terjadi di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi, di mana ratusan orang dikabarkan tewas. Pada jam-jam pertama setelah ledakan, seorang kepala pertahanan sipil Gaza mengatakan 300 orang tewas, sementara sumber kementerian kesehatan menyebutkan angkanya 500 orang.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Otoritas Palestina, Mai Alkaila, menuduh Israel melakukan "pembantaian" di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi, saat mereka melakukan pengeboman intensif terhadap Gaza yang sudah memasuki hari ke-11.

Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, menargetkan rumah sakit tersebut adalah sebuah "pembantaian perang yang mengerikan," menambahkan "Israel telah melewati semua garis merah."

Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, "kelompok" di Gaza yang menyerang rumah sakit, bukan militer Israel.

"Seluruh dunia harus tahu, yang menyerang rumah sakit di Gaza adalah teroris biadab di Gaza, dan bukan IDF. Mereka yang membunuh anak-anak kami secara brutal juga membunuh anak-anak mereka sendiri," kata PM Netanyahu.

Sedangkan juru bicara militer Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan kepada wartawan, roket yang ditembakkan oleh kelompok militan Jihad Islam Palestina melewati rumah sakit pada saat serangan terjadi, yang katanya mengenai tempat parkir fasilitas tersebut.

Dalam keterangannya kepada wartawan, Hagari meragukan jumlah korban jiwa warga Palestina dalam serangan di rumah sakit tersebut, menyatakan tidak ada serangan langsung terhadap fasilitas itu. Dia mengatakan rekaman drone militer menunjukkan "semacam serangan di tempat parkir."

"IDF tidak menyerang rumah sakit di Gaza. Rumah sakit tersebut terkena dampak dari kegagalan roket yang diluncurkan oleh organisasi teroris Jihad Islam," kata Hagari.

Dia mengatakan militer memang melakukan operasi angkatan udara Israel di daerah tersebut sekitar waktu ledakan di rumah sakit tersebut.

"Tetapi operasi tersebut menggunakan jenis amunisi yang berbeda yang tidak sesuai dengan rekaman yang kami miliki (tentang) rumah sakit tersebut," sanggahnya.

"Saya bahkan tidak tahu berapa banyak orang yang terkena serangan di sini. Belum ada yang bisa memverifikasinya," lanjutnya mengenai jumlah korban tewas.

Juru bicara lainnya Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan kepada CNN, pihaknya menyadap percakapan di mana para militan mengakui adanya kesalahan tembak.

Israel merilis rekaman drone yang menunjukkan lokasi ledakan rumah sakit, yang menurut mereka menunjukkan tidak ada lubang dampak dari rudal atau bom apa pun, sehingga mereka lepas dari tanggung jawab.

Militer Israel kemudian menerbitkan apa yang dikatakannya sebagai rekaman audio "komunikasi antara 'teroris' yang membicarakan tentang roket yang salah sasaran".

Terpisah, kelompok militan Jihad Islam membantah ada roket yang terlibat dalam ledakan rumah sakit tersebut, mengatakan bahwa mereka tidak melakukan aktivitas apa pun di atau sekitar Kota Gaza pada saat itu.

Daoud Shehab, juru bicara Jihad Islam, membantah kelompoknya bertanggung jawab.

"Ini adalah kebohongan dan rekayasa, sepenuhnya tidak benar. Pendudukan berusaha menutupi kejahatan mengerikan dan pembantaian yang mereka lakukan terhadap warga sipil," katanya kepada Reuters.

Sebelum ledakan di rumah sakit Gaza pada Hari Selasa, otoritas kesehatan di Gaza mengatakan setidaknya 3.000 orang telah tewas selama 11 hari pemboman Israel yang dimulai setelah serangan Hamas pada 7 Oktober terhadap wilayah Israel selatan, menewaskan 1.300 orang dan sekitar 200 orang dibawa ke Gaza sebagai sandera.