Bagikan:

JAKARTA - Palestina dan Israel saling menyalahkan satu sama lain, saat serangan udara menghantam rumah sakit di Gaza dan menewaskan ratusan orang pada Hari Selasa.

Jumlah korban tewas sejauh ini merupakan yang tertinggi dari semua insiden di Gaza selama kekerasan yang terjadi saat ini, sehingga memicu protes di Tepi Barat, Istanbul dan Amman.

Menteri Kesehatan Otoritas Palestina, Mai Alkaila, menuduh Israel melakukan "pembantaian" di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi, saat mereka melakukan pengeboman intensif terhadap Gaza yang sudah memasuki hari ke-11, melansir Reuters 18 Oktober.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Kesehatan, Ashraf Al-Qudra mengatakan pada Rabu pagi, ratusan orang tewas dan petugas penyelamat masih mengeluarkan mayat-mayat dari reruntuhan.

Pada jam-jam pertama setelah ledakan, seorang kepala pertahanan sipil Gaza mengatakan 300 orang tewas, sementara sumber kementerian kesehatan menyebutkan angkanya 500 orang.

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, menargetkan rumah sakit tersebut adalah sebuah "pembantaian perang yang mengerikan," menambahkan "Israel telah melewati semua garis merah."

Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, "kelompok" di Gaza yang menyerang rumah sakit, bukan militer Israel.

"Seluruh dunia harus tahu, yang menyerang rumah sakit di Gaza adalah teroris biadab di Gaza, dan bukan IDF. Mereka yang membunuh anak-anak kami secara brutal juga membunuh anak-anak mereka sendiri," kata PM Netanyahu.

Sedangkan juru bicara militer Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan kepada wartawan, roket yang ditembakkan oleh kelompok militan Jihad Islam Palestina melewati rumah sakit pada saat serangan terjadi, yang katanya mengenai tempat parkir fasilitas tersebut.

Dalam keterangannya kepada wartawan, Hagari meragukan jumlah korban jiwa warga Palestina dalam serangan di rumah sakit tersebut, menyatakan tidak ada serangan langsung terhadap fasilitas itu. Dia mengatakan rekaman drone militer menunjukkan "semacam serangan di tempat parkir."

"IDF tidak menyerang rumah sakit di Gaza. Rumah sakit tersebut terkena dampak dari kegagalan roket yang diluncurkan oleh organisasi teroris Jihad Islam," kata Hagari.

Dia mengatakan militer memang melakukan operasi angkatan udara Israel di daerah tersebut sekitar waktu ledakan di rumah sakit tersebut.

"Tetapi operasi tersebut menggunakan jenis amunisi yang berbeda yang tidak sesuai dengan rekaman yang kami miliki (tentang) rumah sakit tersebut," sanggahnya.

"Saya bahkan tidak tahu berapa banyak orang yang terkena serangan di sini. Belum ada yang bisa memverifikasinya," lanjutnya mengenai jumlah korban tewas.

Juru bicara lainnya Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan kepada CNN, pihaknya menyadap percakapan di mana para militan mengakui adanya kesalahan tembak. Dia mengatakan militer akan merilis rekaman percakapan tersebut.

Terpisah, kelompok militan Jihad Islam membantah ada roket yang terlibat dalam ledakan rumah sakit tersebut, mengatakan bahwa mereka tidak melakukan aktivitas apa pun di atau sekitar Kota Gaza pada saat itu.

Daoud Shehab, juru bicara Jihad Islam, membantah kelompoknya bertanggung jawab.

"Ini adalah kebohongan dan rekayasa, sepenuhnya tidak benar. Pendudukan berusaha menutupi kejahatan mengerikan dan pembantaian yang mereka lakukan terhadap warga sipil," katanya kepada Reuters.

Diketahui, Otoritas kesehatan di Gaza mengatakan sebelum insiden Hari Selasa, setidaknya 3.000 orang telah tewas dalam 11 hari pemboman Israel sejak militan Hamas mengamuk di kota-kota Israel pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.300 tentara dan warga sipil.