Sandal Berusia 6.000 Tahun dari Gua Spanyol Menjadi Alas Kaki Tertua di Eropa
Sandal tertua di Eropa. (Sumber: Martínez-Sevillaet al/Science Advances)

Bagikan:

JAKARTA - Sekelompok peneliti berhasil mengindentifikasi alas kaki tertua di Eropa, menurut hasil penelitian yang diterbitkan pada jurnal 'Science Advances'.

Sebanyak 22 sandal tenun diperkirakan berasal dari 6.000 tahun yang lalu, menurut hasil analisis radiokarbon yang ditemukan dalam studi yang dipimpin oleh para peneliti dari Universitas Otonomi Barcelona dan Universitas Alcala di Spanyol.

Alas kaki kuno, bersama dengan keranjang Mesolitikum dan peralatan lainnya, pertama kali ditemukan pada tahun 1857, ketika sebuah gua di Spanyol selatan dijarah oleh para penambang.

Namun, ketika artefak tersebut pertama kali diberi tanggal, pada tahun 1970an, artefak tersebut diidentifikasi berusia sekitar 1.000 tahun lebih muda daripada temuan analisis terbaru, melansir CNN 10 Oktober.

Kondisi yang sangat kering di dalam gua sangat ideal untuk mengawetkan bahan-bahan yang mudah rusak, kata para peneliti, dan memungkinkan pelestarian situs pemakaman prasejarah lengkap dengan sebagian mayat yang dimumikan, disertai dengan keranjang, peralatan kayu, sandal dan barang-barang lainnya.

"Benda-benda tersebut adalah kumpulan bahan serat tumbuhan tertua dan paling terpelihara di Eropa selatan yang diketahui sejauh ini," jelas María Herrero Otal, salah satu penulis mengatakan dalam sebuah pernyataan, menambahkan benda-benda tersebut menunjukkan "kemampuan masyarakat prasejarah untuk menguasai jenis keahlian ini."

keranjang mesolitikum
Keranjang Mesolitikum. (Sumber: Martínez-Sevillaet al/Science Advances)

Ketika arkeolog Spanyol Manuel de Góngora y Martínez mengunjungi gua tersebut pada tahun 1867, 10 tahun setelah penjarahan, ia mengumpulkan artefak yang tersisa, termasuk sandal dan memberikannya ke museum di Madrid dan Granada, tempat artefak tersebut dipelajari oleh para peneliti, tambah studi tersebut.

Sandal tersebut terbuat dari rumput serta bahan lainnya, antara lain kulit, jeruk nipis dan kulit pohon rami, sejenis serat alami.

Dengan menggunakan deskripsi yang diberikan oleh Góngora, penelitian ini berhipotesis, jenazah dikuburkan dengan menggunakan sandal.

Beberapa sandal memiliki tanda-tanda keausan yang jelas, sementara yang lain tampaknya belum pernah dipakai, menunjukkan beberapa orang memiliki pakaian yang dibuat khusus untuk pemakaman mereka.

Para peneliti juga mempelajari beberapa keranjang dan artefak kayu lainnya dalam koleksi tersebut. Benda-benda ini "membuka perspektif inovatif mengenai kompleksitas populasi Holosen Awal-Tengah di Eropa," kata mereka, seraya menambahkan sebagian besar pengetahuan tentang masyarakat masa lalu diambil dari artefak yang tahan lama dibandingkan artefak yang mudah rusak seperti keranjang.

Baik keranjang maupun sandal menunjukkan, pembuatnya memiliki pengetahuan yang luas tentang sumber daya tanaman di lingkungan setempat serta keahlian tingkat tinggi, kata para peneliti.

"Kualitas dan kompleksitas teknologi keranjang membuat kita mempertanyakan asumsi sederhana yang kita miliki tentang komunitas manusia sebelum munculnya pertanian di Eropa selatan," jelas Francisco Martínez Sevilla, salah satu penulis studi tersebut, dalam sebuah pernyataan.

Studi tersebut juga menemukan, benda-benda itu diendapkan di situs tersebut pada dua waktu yang sangat berbeda, yakni era Holosen Awal dan Tengah. Fase pertama terkait dengan populasi pemburu-pengumpul periode Holosen Awal, dan fase kedua terkait dengan petani Holosen Tengah, kata para peneliti.