JAKARTA - Indonesia mengutuk serangan terhadap rumah sakit di Gaza, Palestina yang dikabarkan menewaskan ratusan orang, mendesak komunitas internasional, khususnya Dewan Keamanan (DK) PBB mengambil langkah nyata.
Palestina dan Israel saling menyalahkan atas ledakan yang terjadi di Rumah Sakit Al-Ahli Al-Arabi, di mana ratusan orang dikabarkan tewas. Pada jam-jam pertama setelah ledakan, seorang kepala pertahanan sipil Gaza mengatakan 300 orang tewas, sementara sumber kementerian kesehatan menyebutkan angkanya 500 orang.
"Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap RS Al Ahly Al Arabi di Gaza yang menewaskan ratusan orang warga sipil," tulis Kementerian Luar Negeri RI dalam unggahannya di platform sosial media X, seperti dikutip Rabu 18 Oktober.
"Serangan tersebut jelas melanggar hukum humaniter internasional," lanjut unggahan tersebut.
Lebih jauh, Pemerintah Indonesia juga mendesak agar koridor aman untuk akses kemanusiaan segera dibuka.
"Indonesia juga mendesak komunitas internasional, terutama DK PBB, untuk segera mengambil langkah nyata menghentikan serangan dan tindakan kekerasan di Gaza, yang telah memakan korban sipil sangat banyak," tulis kementerian luar negeri.
Ditambahkan, ketidakadilan terhadap rakyat Palestina sudah berlangsung sangat lama dan masih terus terjadi.
"Saatnya dunia mengedepankan perdamaian yang adil bagi Palestina. Penerapan parameter internasional yang telah disepakati tidak dapat lagi ditunda," tandas pernyataan itu.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Otoritas Palestina, Mai Alkaila, menuduh Israel melakukan "pembantaian" di Rumah Sakit Al-Ahli al-Arabi, saat mereka melakukan pengeboman intensif terhadap Gaza yang sudah memasuki hari ke-11, melansir Reuters.
1️⃣ Indonesia mengutuk keras serangan Israel terhadap RS Al Ahly Al Arabi di Gaza yang menewaskan ratusan orang warga sipil.
2️⃣ Serangan tersebut jelas melanggar hukum humaniter internasional.
3️⃣ Indonesia mendesak agar koridor aman bagi akses kemanusiaan segera dibuka.
— MoFA Indonesia (@Kemlu_RI) October 18, 2023
Sementara itu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan, menargetkan rumah sakit tersebut adalah sebuah "pembantaian perang yang mengerikan," menambahkan "Israel telah melewati semua garis merah."
Di sisi lain, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan, "kelompok" di Gaza yang menyerang rumah sakit, bukan militer Israel.
"Seluruh dunia harus tahu, yang menyerang rumah sakit di Gaza adalah teroris biadab di Gaza, dan bukan IDF. Mereka yang membunuh anak-anak kami secara brutal juga membunuh anak-anak mereka sendiri," kata PM Netanyahu.
Sedangkan juru bicara militer Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari mengatakan kepada wartawan, roket yang ditembakkan oleh kelompok militan Jihad Islam Palestina melewati rumah sakit pada saat serangan terjadi, yang katanya mengenai tempat parkir fasilitas tersebut.
Dalam keterangannya kepada wartawan, Hagari meragukan jumlah korban jiwa warga Palestina dalam serangan di rumah sakit tersebut, menyatakan tidak ada serangan langsung terhadap fasilitas itu. Dia mengatakan rekaman drone militer menunjukkan "semacam serangan di tempat parkir."
"IDF tidak menyerang rumah sakit di Gaza. Rumah sakit tersebut terkena dampak dari kegagalan roket yang diluncurkan oleh organisasi teroris Jihad Islam," kata Hagari.
Dia mengatakan militer memang melakukan operasi angkatan udara Israel di daerah tersebut sekitar waktu ledakan di rumah sakit tersebut.
"Tetapi operasi tersebut menggunakan jenis amunisi yang berbeda yang tidak sesuai dengan rekaman yang kami miliki (tentang) rumah sakit tersebut," sanggahnya.
"Saya bahkan tidak tahu berapa banyak orang yang terkena serangan di sini. Belum ada yang bisa memverifikasinya," lanjutnya mengenai jumlah korban tewas.
Juru bicara lainnya Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan kepada CNN, pihaknya menyadap percakapan di mana para militan mengakui adanya kesalahan tembak. Dia mengatakan militer akan merilis rekaman percakapan tersebut.
Terpisah, kelompok militan Jihad Islam membantah ada roket yang terlibat dalam ledakan rumah sakit tersebut, mengatakan bahwa mereka tidak melakukan aktivitas apa pun di atau sekitar Kota Gaza pada saat itu.
BACA JUGA:
Daoud Shehab, juru bicara Jihad Islam, membantah kelompoknya bertanggung jawab.
"Ini adalah kebohongan dan rekayasa, sepenuhnya tidak benar. Pendudukan berusaha menutupi kejahatan mengerikan dan pembantaian yang mereka lakukan terhadap warga sipil," katanya kepada Reuters.
Diketahui, otoritas kesehatan di Gaza mengatakan sebelum insiden Hari Selasa, setidaknya 3.000 orang telah tewas dalam 11 hari pemboman Israel sejak militan Hamas mengamuk di kota-kota Israel pada 7 Oktober, menewaskan lebih dari 1.300 tentara dan warga sipil.