Proposalnya Soal Palestina-Israel Gagal, Diplomat Rusia Sebut DK PBB Tersandera Ambisi Barat

JAKARTA - Diplomat Rusia untuk Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mengkritik Dewan Keamanan badan itu, setelah proposal negaranya terkait konflik Palestina-Israel gagal disahkan, khawatir dengan situasi di Gaza dan memperingatkan risiko penyebaran konflik.

Rancangan resolusi yang diinisiasi Rusia mendapat dukungan dari China, Uni Emirat Arab, Gabon dan Mozambik dalam pembahasan di DK PBB Hari Senin. Sementara Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Jepang menolak. Adapun Albania, Brasil, Ekuador, Ghana, Malta, Swiss dan Ekuador memilih abstain.

Setelah pemungutan suara tersebut, Duta Besar Rusia untuk PBB Vasily Nebenzya menggambarkan Dewan Keamanan "tersandera ambisi negara-negara Barat."

"Inilah satu-satunya alasan mengapa mereka gagal mengirimkan sinyal kolektif yang jelas dan kuat yang bertujuan meredakan situasi," kata diplomat itu, melansir TASS 17 Oktober.

Mengutip situs PBB, anggota DK PBB terpecah karena proposal Moskow tidak mengecam kelompok militan Hamas, yang dinilai memicu kekerasan di kawasan tersebut dengan serangan pada 7 Oktober lalu.

Draf resolusi tersebut menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, pembebasan semua sandera, akses bantuan dan evakuasi warga sipil yang aman.

Nebenzya menyatakan penyesalannya atas kegagalan Dewan Keamanan mengadopsi resolusi tersebut, menyalahkan "niat egois blok Barat."

Dia mengatakan, delegasi negara-negara Barat menginjak-injak harapan global agar Dewan dapat mengakhiri kekerasan.

Lebih jauh, ia juga mengatakan pemungutan suara tersebut mengungkapkan mana negara yang mendukung penghentian kekerasan dan memberikan bantuan kemanusiaan, dengan negara yang menghalangi pesan terpadu "untuk kepentingan egois dan politik".

Sementara itu, Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield mengatakan, negaranya tidak dapat mendukung rancangan resolusi Rusia karena mengabaikan terorisme Hamas dan tidak menghormati para korban.

"Dengan gagal mengecam Hamas, Rusia menutupi kelompok teroris yang melakukan tindakan brutal terhadap warga sipil tak berdosa. Ini keterlaluan, munafik dan tidak dapat dipertahankan," ujarnya.

"Kita tidak bisa membiarkan Dewan ini secara tidak adil menyalahkan Israel dan memaafkan Hamas atas kekejamannya selama beberapa dekade," lanjutnya.

Duta Besar Nebenzya sendiri sebelum pemungutan suara mengatakan kepada wartawan, usulan Rusia tidak menyebutkan kelompok radikal, karena Moskow fokus pada masalah kemanusiaan.

Diketahui, agar dewan dapat mengadopsi sebuah resolusi, usulan tersebut harus mendapat setidaknya sembilan suara setuju dan tidak ada satu pun dari lima anggota tetap yang menentang atau memberikan hak veto.