JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengkritik kegagalan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) menghasilkan resolusi seputar krisis di Jalur Gaza, sebaliknya memuji langkah Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).
DK PBB diketahui telah menggelar dua kali pemungutan suara mengenai rancangan resolusi mengenai konflik di Gaza. Dalam pemungutan suara Hari Senin, resolusi Rusia menyerukan gencatan senjata segera, jangan panjang dan menyeluruh, serta menghentikan serangan terhadap warga sipil, kandas lantaran hanya didukung China, Uni Emirat Arab, Gabon dan Mozambik. Sementara Amerika Serikat, Inggris, Prancis dan Jepang menolak. Adapun Albania, Brasil, Ekuador, Ghana, Malta, Swiss dan Ekuador memilih abstain.
Dalam pemungutan suara Hari Rabu, resolusi usulan Brasil yang menyerukan jeda kemanusiaan untuk memberikan bantuan bagi jutaan orang di Gaza, kandas setelah mendapat veto dari Amerika Serikat. Sejatinya, rancangan resolusi itu sudah mendapatkan dukungan mayoritas anggota DK PBB (Albania, Brasil, China, Ekuador, Prancis, Gabon, Ghana, Jepang, Malta, Mozambik, Swiss dan UEA). Rusia dan Inggris memilih abstain
"Dewan Keamanan PBB, yang telah kehilangan seluruh fungsinya, sekali lagi gagal memenuhi tanggung jawabnya. Upaya kami untuk menjamin perdamaian telah digagalkan oleh langkah-langkah seperti pengiriman kapal induk ke wilayah tersebut, penghentian bantuan kepada rakyat Palestina dan menghukum masyarakat Gaza secara massal," tulis Presiden Erdogan di Telegram, melansir TASS 19 Oktober.
"Negara-negara Barat, yang tidak meninggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat dalam hal hak asasi manusia dan kebebasan, tidak mengambil langkah apa pun selain menambah bahan bakar (konflik)," katanya, sambil mengkritik liputan media yang "bias dan bermuka dua" konflik di Gaza, dikutip dari Reuters.
Di sisi lain, Presiden Erdogan berterima kasih kepada Organisasi Kerjasama Islam (OKI) yang telah mengadakan pertemuan luar biasa di Jeddah.
"OKI secara langsung menunjukkan tekad dunia Islam dalam menghadapi penindasan Israel yang semakin meningkat, solidaritasnya terhadap rakyat Palestina dan dukungan terhadap perjuangan Palestina. Sejak hari pertama krisis ini, yang dimulai pada tanggal 7 Oktober dan berisiko menyebar ke seluruh kawasan, kami telah mengerahkan upaya besar untuk menyelesaikannya," puji Presiden Erdogan.
BACA JUGA:
Adapun OKI dalam komunike usai pertemuan luar biasa di Arab Saudi menyerukan penghentian agresi Israel terhadap rakyat Palestina, pencabutan pengepungan Jalur Gaza, menegaskan kembali dukungan terhadap hak-hak Palestina, seperti mengutip Anadolu.
Presiden Erdogan sendiri menyebut serangan terhadap rumah sakit di Gaza sebagai "Serangan menjijikkan, kejahatan terhadap kemanusiaan dan setara dengan genosida terhadap penduduk Gaza".
Diketahui, mekanisme pemungutan suara resolusi DK PBB memerlukan minimal sembilan suara mendukung, dari total 15 anggota dewan tersebut, tanpa adanya veto dari salah satu anggota tetap dewan, yakni Amerika Serikat, China, Inggris, Prancis dan Rusia.