Remaja Putri Iran Dikabarkan Kritis Usai Ditindak Polisi Moral
JAKARTA - Seorang gadis remaja Iran berada dalam kondisi kritis di rumah sakit, kata dua aktivis hak asasi manusia terkemuka, setelah mengalami koma menyusul apa yang mereka katakan sebagai konfrontasi dengan petugas di jaringan transportasi metro Teheran, karena melanggar undang-undang berpakaian yang ketat di negara itu.
Apa yang terjadi pada remaja wanita bernama Armita Geravand (16) itu mengingatkan kembali akan peristiwa yang menimpa Mahsa Amini (22), yang sempat koma sebelum tewas dalam tahanan polisi moral Iran tahun lalu dan memicu protes nasional selama berbulan-bulan.
Rekaman CCTV yang dibagikan di IRNA menunjukkan Geravand tanpa hijab ditemani dua teman perempuannya berjalan menuju kereta dari peron metro. Saat memasuki kabin, salah satu gadis terlihat langsung mundur dan jatuh ke tanah, sebelum gadis lainnya diseret hingga pingsan dari kabin oleh penumpang.
"Kami memantau kasusnya dengan cermat. Dia koma di Unit Perawatan Intensif rumah sakit dan kondisinya kritis. Kerabatnya mengatakan banyak sekali (petugas) berpakaian preman di rumah sakit," kata salah satu aktivis di Iran, dilansir dari Reuters 5 Oktober.
Aktivis lainnya mengatakan pasukan keamanan telah melarang orang tua Geravand, untuk mengunggah fotonya di media sosial atau berbicara dengan kelompok hak asasi manusia.
Para aktivis tersebut berbicara dengan syarat anonimitas karena sensitifnya masalah tersebut.
Sementara, pihak berwenang membantah klaim kelompok hak asasi manusia jika Geravand mengalami koma pada Hari Minggu, setelah konfrontasi dengan petugas yang menerapkan aturan berpakaian yang ketat di negara itu.
Belum ada tanggapan langsung dari Kementerian Dalam Negeri Iran atas permintaan komentar mengenai insiden tersebut.
Terpisah, Kepala Perusahaan Pengoperasian Metro Teheran, Masoud Dorosti, mengatakan kepada IRNA bahwa rekaman CCTV tidak menunjukkan tanda-tanda konflik verbal atau fisik antara penumpang atau karyawan perusahaan.
"Lembaga keamanan Iran mengatakan kondisinya disebabkan oleh rendahnya tekanan, sebuah skenario yang sering diulangi oleh lembaga-lembaga tersebut," kata kelompok hak asasi manusia yang berbasis di Iran, Dadban, melalui media sosial.
Baca juga:
- Bakal Tindak Tegas Penyerangan Terhadap Peziarah, PM Israel Netanyahu: Penodaan dan Tidak Dapat Diterima
- Bangladesh Alami Wabah Demam Berdarah Terburuk, 1.000 Orang Tewas Sejak Awal Tahun
- Puluhan Anak SD Dilarikan ke Rumah Sakit dan Dirawat Usai Mengonsumsi Permen Mengandung Ganja
- Presiden Biden Pastikan Dukungan untuk Ukraina Berlanjut di Hadapan Pemimpin Sekutu
Dalam sebuah video yang diunggah di kantor berita negara IRNA, orang tuanya mengatakan bahwa putri mereka mengalami penurunan tekanan darah, kehilangan keseimbangan dan kepalanya terbentur di dalam kabin metro.
"Saya pikir tekanan darah putri saya rendah, saya tidak terlalu yakin, saya pikir mereka mengatakan tekanan darahnya rendah," kata ibunya, menambahkan tidak ada gunanya menimbulkan kontroversi.
Namun, kelompok hak asasi manusia di media sosial telah meminta pihak berwenang untuk mempublikasikan rekaman dari dalam kabin, mengklaim pernyataan orangtuanya dibuat di bawah tekanan.