Iran Bertekad Tetap Kembangkan Program Nuklirnya Meski Ada Sanksi
JAKARTA - Iran akan terus mengembangkan industri energi atomnya di berbagai bidang meskipun ada sanksi, kata Kepala Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) Mohammad Eslami.
"Republik Islam Iran bertekad untuk meningkatkan porsi tenaga nuklir dalam bauran energi negara ini menjadi 20.000 megawatt listrik pada akhir tahun 2040," ujarnya seperti dilansir dari TASS 26 September.
"Proyek semacam itu telah dilakukan selama lebih dari 50 tahun. Penelitian dasar, desain teknik dan perencanaan telah diluncurkan untuk beberapa di antaranya, sementara yang lain sedang dalam tahap konstruksi," lanjutnya.
"IAEA telah dan akan terus mendapatkan informasi yang sesuai," tandas Eslami dalam Sesi Reguler Konferensi Umum ke-67 Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina, Austria yang digelar 25-29 September.
Lebih jauh dikatakan olehnya, meski pun ada sanksi keras yang dijatuhkan, namun Teheran akan tetap melanjutkan program nuklirnya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial dan kualitas hidup rakyatnya.
"Meskipun ada sanksi sepihak yang keras, Republik Islam Iran, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dan kualitas hidup rakyatnya, sedang mengembangkan kemampuan untuk merancang dan membangun reaktor riset, hingga fasilitas iradiasi, serta memproduksi dan menggunakan radioisotop dalam bidang kesehatan, pertanian, lingkungan dan industri," ungkap Eslami.
Diketahui, Teheran setuju untuk membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi sebagai bagian dari Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) antara Iran dengan kekuatan global pada tahun 2015.
Itu runtuh saat Amerika Serikat di bawah Donald Trump memutuskan untuk menarik dari perjanjian tersebut, melanjutkan sanksi terhadap Iran yang direspons Teheran dengan peningkatan pengayaan uranium.
Upaya untuk menghidupkan kembali perjanjian tersebut telah gagal, dengan Inggris, Prancis dan Jerman bulan ini mengumumkan mereka akan memperpanjang sanksi terhadap Iran yang akan berakhir pada Bulan Oktober berdasarkan perjanjian awal.
Sementara itu, Rafael Grossi yang terpilih kembali sebagai Kepala IAEA untuk masa jabatan empat tahun kedua Hari Senin kemarin mengatakan, pembicaraan antara badan PBB dan Teheran belum mencapai kemajuan yang diharapkannya.
Baca juga:
- Tekan Aktivitas Geng Bersenjata di Wilayah Selatan, Meksiko Kerahkan 1.500 Aparat Gabungan
- Junta Militer Mali Perkirakan Pemilu Februari 2024 akan Ditunda
- Gelar Parade Militer untuk Peringati Pyongyang, Presiden Korsel: Jika Korea Utara Gunakan Senjata Nuklir, Rezimnya Berakhir
- 2.100 Orang Dilarikan ke Rumah Sakit Akibat Badai Debu di Iran
Grossi mengatakan siap bekerja sama dengan Iran dalam hal-hal yang berkaitan dengan "penundaan implementasi de facto" perjanjian tahun 2015.
Menurutnya, IAEA masih "terlibat secara aktif" meskipun perundingan gagal setelah dia mengunjungi Teheran pada Bulan Maret.
"Hanya kerja sama penuh dari Iran, dan hasil nyata, yang akan membawa kita pada jaminan yang dapat dipercaya bahwa program nuklir Iran hanya untuk tujuan damai," ujar Grossi.