Catatkan Rekor Jumlah Pelanggan, Pendapatan Iklan The New York Times Malah Menurun

JAKARTA - Perusahaan media yang berbasis di New York, Amerika Serikat, The New York Times, mencatat rekor baru jumlah pelanggan seiring dengan pertambahan pelanggan di tahun 2020 lalu, di tengah terjadinnya pandemi COVID-19, kerusuhan sosial dan penyelenggaraan Pemilu Presiden.

Dalam laporan kuartal keempat perusahaan disebutkan, tahun lalu ada penambahan 2,3 juta pelanggan khusus digital di tahun 2020. Sehingga pelanggan untuk produk surat kabar cetak dan digital mencapai 7.5 juta pelanggan. 

Kenaikan terbesar disebut terjadi pada kuartal pertama dan kuartal keempat tahun 2020. Pada kuartal pertama, ada penambahan sekitar 669 ribu pelanggan saat masa awal pandemi, dimana orang-orang Amerika Serikat selama berminggu-minggu menjalani rutinitasnya dari jarak jauh secara daring.

Momen berikut yang terjadi penambahan siginifikan jumlah pelanggan adalah pada kuartal keempat, dimana ada Pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 3 November lalu. Pada momen ini, ada penambahan 627 ribu pelanggan digital. 

“Pada tahun 2020, kami mencapai dua tonggak penting, yang keduanya kami harapkan akan bertahan. Pendapatan digital melampaui cetak untuk pertama kalinya, dan pendapatan langganan digital, yang merupakan aliran pendapatan kami yang tumbuh paling cepat, kini juga menjadi yang terbesar,” jelas Meredith Kopit Levien, kepala eksekutif perusahaan dalam penyataannya melansir The New York Times

“Dua pencapaian tersebut, dan tahun terbaik kami dalam catatan untuk langganan, menandai akhir dekade pertama transformasi The Times menjadi perusahaan digital pertama, yang mengutamakan langganan,” imbuhnya. 

Untuk tahun ini, penawaran digital utama The Times, produk beritanya, memperoleh 1,7 juta pelanggan, meningkat 48 persen dibandingkan 2019. Lebih dari lima juta langganan Times hanya untuk produk berita.

Penawaran digital lainnya, seperti aplikasi Memasak dan Game, memperoleh lebih dari 600.000 langganan pada tahun 2020, naik 66 persen, dengan total sekitar 1,6 juta. Langganan yang tersisa, sekitar 833.000, adalah untuk surat kabar cetak.

Pada kuartal keempat, pendapatan langganan digital adalah 167 juta dolar AS, melonjak 37 persen dari bulan-bulan terakhir tahun 2019. Untuk tahun ini, 598,3 juta dolar AS, naik 30 persen. Total pendapatan langganan pada 2020 naik 10 persen, menjadi 1,195 miliar dolar AS.

The New York Times. (Wikimedia Commons/Americasroof)

Iklan menurun

Kendati demikian, The New York Times juga memiliki sisi negatif tahun lalu, yakni penurunan pendapatan iklan. Pandemi COVID-19 yang membuat banyak pelaku bisnis untuk menahan diri bahkan ada yang menutup usaha, berdampak pada industri media. 

Total pendapatan iklan The Times turun 26 persen pada tahun 2020 menjadi hanya sekikar 392,4 juta dolar AS. Penurunan terbesar terjadi pada sektor pendapatan iklan cetak, dimana penurunannya mencapai 39 persen.  

Pada kuartal keempat, pendapatan iklan digital turun 2 persen dari tahun sebelumnya, menjadi $ 90,1 juta. Pendapatan iklan cetak turun 38 persen pada kuartal keempat, menjadi 49,1 juta dolar AS. Penurunan iklan cetak dipercepat oleh pandemi tetapi juga terkait dengan tren yang lebih besar. Pada kuartal tersebut, 65 persen dari total pendapatan iklan berasal dari digital, dibandingkan dengan 54 persen pada tahun sebelumnya.

Pendapatan kuartal keempat adalah 509,4 juta dolar AS, naik 0,2 persen dari 2019. Laba operasi yang disesuaikan naik 1,4 persen dari kuartal keempat 2019, menjadi 97,7 juta dolar AS, dan 0,9 persen selama setahun, menjadi 250,6 juta dolar AS.

Penambahan jumlah pelanggan pada tahun lalu membuat The Times berada dalam trek yang benar, sesuai dengan target untuk memiliki 10 juta pelanggan pada tahun 2025 mendatang. Hal yang patut disyukuri, mengingat penambahan ini terjadi meski The Times mulai mengenakan biaya untuk konten online pada tahun 201, hingga menaikkan harga beberapa langganan berita digital. 

“Dengan satu miliar orang membaca berita digital, dan diharapkan 100 juta bersedia membayarnya dalam bahasa Inggris, tidak sulit untuk membayangkan bahwa, seiring waktu, basis pelanggan The Times bisa jauh lebih besar daripada saat ini,” terang CEO The New York Times Meredith Kopit Levien.

Dalam laporannya, The Times juga memproyeksikan peningkatan sekitar 15 persen dalam total pendapatan langganan pada kuartal pertama tahun ini dibanding kuartal pertama tahun 2020. Kemudia juga menargetkan lonjakan pendapatan langganan digital sebesar 35 hingga 40 persen. Namun, pendapatan iklan kuartal ini diperkirakan turun sedikit kurang dari 20 persen. 

Menariknya, The New York Times juga mengumumkan peningkatan pembayaran deviden kepada investor, dari semula 6 sen menjadi 7 sen per saham, kendati ini akan membuat perusahaan merugika sekiat 46,8 juta dolar AS. Ini untuk kedua kalinya dalam setahun perusahaan setuju untuk menaikkan deviden yang disebut menguntungkan keluarga Ochs-Sulzberger yang mengendalikan The Times.