Rusia Kritik Rencana Pasokan Rudal Jarak Jauh Amerika Serikat ke Ukraina
JAKARTA - Amerika Serikat mengendalikan aksi militer di Ukraina, kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov dalam sebuah komentar di program "Moskow, Kremlin, Putin" yang ditayangkan di saluran televisi Rossiya-1.
"Tidak peduli apa yang dikatakannya, Mereka (AS) mengendalikan perang ini, mereka memasok senjata, amunisi, informasi intelijen, data dari satelit. Mereka mengejar perang melawan kami," ujarnya di sela-sela Forum Ekonomi Timur (EEF), mengomentari pernyataan AS tentang kesiapan untuk memasok rudal jarak jauh ke Ukraina, dilansir dari TASS 18 September.
Kata Lavrov, kemungkinan pasokan rudal jarak jauh ke Kyiv oleh negara-negara Barat tidak akan mengubah esensi dari apa yang sedang terjadi di Ukraina.
"Saya tidak dapat mengomentari pernyataan mereka, tetapi fakta hal itu tidak akan mengubah esensi dari apa yang sedang terjadi di Ukraina sudah jelas. Sementara apa yang sedang terjadi adalah, Ukraina telah dipersiapkan, telah lama dipersiapkan untuk memberikan kekalahan strategis kepada Rusia dengan menggunakan tangan dan tubuhnya," jelas Menlu Lavrov.
Diketahui, Amerika Serikat belum lama ini mengumumkan rencana kemungkinan untuk memberikan bantuan militer berupa amunisi uranium dan rudal jarak jauh untuk Ukraina.
Dua pekan lalu, Pentagon mengatakan Negeri Paman Sam akan memberikan Ukraina paket bantuan militer senilai 175 juta dolar AS. Paket tersebut dikatakan meliputi peralatan pertahanan udara, amunisi artileri, senjata anti-tank, termasuk amunisi uranium untuk tank-tank Abrams, seperti mengutip Reuters.
Baca juga:
- Uni Eropa Desak Polandia, Hongaria, Slovakia Bersikap Konstruktif Soal Gandum Ukraina
- Beijing dan Washington Akui Pembicaraan Penasihat Presiden Biden dan Menlu China di Malta, Bahas Apa?
- Presiden Zelensky Puji Keberhasilan Tentara Ukraina Rebut Desa Strategis Dekat Bakhmut
- Dua Hari di Vladivostok, Kim Jong-un Akhiri Kunjungan ke Rusia dan Kembali ke Korea Utara
Pekan lalu, Ukraina berpotensi mendapatkan rudal jarak jauh yang dilengkapi bom klaster dari Amerika Serikat, seiring dangan Pemerintahan Joe Biden yang hampir menyetujui rencana itu, memberikan Kyiv kemampuan untuk menyebabkan kerusakan signifikan lebih dalam di wilayah yang diduduki Rusia, menurut empat sumber pejabat Amerika Serikat.
Gedung Putih menolak mengomentari laporan tersebut. Sementara, keputusan untuk mengirimkan ATACMS (Sistem Rudal Taktis Angkatan Darat) atau GMLRS (Sistem Peluncuran Berganda Terpandu), atau keduanya, belum final dan masih bisa gagal, kata keempat sumber tersebut.
Pemerintahan Presiden AS Joe Biden sendiri selama berbulan-bulan berjuang dengan keputusan mengenai ATACMS, karena khawatir pengiriman mereka akan dianggap sebagai langkah yang terlalu agresif terhadap Rusia.