Kepala Keamanan Klaim Ukraina Kemungkinan Mendapatkan Rudal Jarak Jauh untuk HIMARS Pemberian Amerika Serikat, Abaikan Peringatan Presiden Putin?
Ilustrasi HIMARS. (Wikimedia Commons/USMC/LCPL Seth Maggard)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Oleksiy Danilov mengatakan, negaranya kemungkinan akan mendapatkan rudal jarak jauh untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) buatan AS dalam waktu dekat.

Diketahui, Rusia sebelumnya telah memperingatkan akan memberikan reaksi yang tegas, jika Ukraina menerima menerima rudal jarak jauh dalam serangan dengan HIMARS. Peringatan itu diarahkan ke Ukraina dan Amerika Serikat sebagai pemasok.

"Mengenai HIMARS, ada pemahaman bahwa kita sudah mulai menerima amunisi yang dapat diluncurkan lebih jauh dari yang mereka bisa di awal. Dan mari berharap apa yang kita butuhkan, dari kisaran itu, akan segera muncul di wilayah kita. negara," kata Danilov, seperti mengutip Sputnik News dari Strana 19 Juli.

Itu disampaikan Danilov menjawab apakah mungkin untuk mengharapkan pengiriman amunisi dengan jangkauan hingga 300 kilometer atau 186 mil untuk Ukraina.

Diberitakan sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan Amerika Serikat untuk tidak memasok rudal jarak jauh ke Ukraina, atau pihaknya akan melakukan serangan terhadap target baru.

Itu terkait dengan keputusan Presiden AS Joe Biden untuk mengirimkan HIMARS untuk Ukraina, setelah sebelumnya mendapatkan jaminan dari Kyiv, senjata tersebut tidak aka dipakai untuk menargetkan Rusia.

Jika rudal jarak jauh dipasok, "kami akan menyerang target yang belum kami pukul," kata Putin kepada saluran televisi pemerintah Rossiya-1 dalam sebuah wawancara, melansir Reuters.

Presiden Putin mengatakan, jangkauan sistem HIMARS Lockheed Martin bergantung pada amunisi yang dipasok. Sementara, jangkauan yang diumumkan oleh Amerika Serikat hampir sama dengan sistem rudal buatan Soviet yang sudah dimiliki Ukraina.

"Ini bukan hal baru. Ini pada dasarnya tidak mengubah apa pun," kata Putin. Dia mengatakan senjata itu hanya menggantikan senjata yang telah dihancurkan Rusia.

Lebih jauh, Presiden Putin tidak mengidentifikasi target yang akan diserang Rusia, tetapi mengatakan, keributan seputar pasokan senjata Barat dirancang untuk meredakan konflik.