Bagikan:

JAKARTA - Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un memulai perjalanan kembali ke negaranya setelah singgah di kota Vladivostok, Rusia timur jauh, di mana ia mengunjungi sebuah universitas, akuarium dan pabrik pakan ternak, menurut media pemerintah pada Hari Senin.

Pemimpin Kim menghabiskan dua hari di Vladivostok untuk meninjau berbagai fasilitas di bidang militer, ekonomi, ilmu pengetahuan, pendidikan dan budaya, sebelum mengucapkan selamat tinggal pada upacara pelepasan di stasiun Artyom, kata KCNA, seperti melansir Reuters 18 September.

Kunjungan ini mengakhiri lawatan Pemimpin Kim yang biasanya berlangsung selama seminggu di Rusia, di mana Ia berjanji untuk meningkatkan kerja sama militer dan ekonomi dengan Presiden Vladimir Putin.

Pemimpin Kim meninggalkan stasiun Artyom-Primorsky 1 di Wilayah Primorye, Rusia, menuju ke arah perbatasan di selatan wilayah tersebut. Kereta pemimpin Korea Utara itu menuju ke titik pemeriksaan perbatasan Khasan, sekitar 250 km dari stasiun Artyom-Primorsky 1, seperti mengutip TASS.

Sebelumnya, Pemimpin Kim tiba di Primorye lebih awal pada Hari Sabtu. Ia mengunjungi bandara Knevichi di mana ia bertemu dengan Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu. Mereka melihat-lihat pesawat taktis operasional modern Angkatan Dirgantara Rusia.

kim jong-un bersama menhan shoigu
Menhan Sergei Shoigu menemani Pemimpin Korut Kim Jong-un meninjau kapal perang Rusia. (Sumber: KCNA)

Selama berada di Vladivostok, Kim juga meninjau kapal fregat Marsekal Shaposhnikov dan persenjataannya seperti sistem rudal anti-kapal Uran dan sistem rudal jelajah multiperan Kalibr, serta sistem artileri otomatis A-190 100mm.

Terkait kunjungan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Moskow ingin mengembangkan kerja sama yang setara dan adil dengan Korea Utara, meskipun ada sanksi yang dijatuhkan terhadap Pyongyang oleh Dewan Keamanan PBB.

"Kami belum mengumumkan sanksi terhadap Korea Utara, Dewan Keamanan telah melakukan hal itu. Jadi mohon kepada Dewan Keamanan, dan kami akan mengembangkan kerja sama yang setara dan adil dengan DPRK," kata Menlu Lavrov merujuk pada nama resmi Republik Demokratik Rakyat Korea.

Sebelumnya, Kremlin mengatakan pihaknya mematuhi sanksi PBB, namun memiliki hak untuk mengembangkan hubungan bertetangga, termasuk yang berkaitan dengan topik-topik sensitif.

Terpisah, Amerika Serikat dan sekutunya khawatir meningkatkan hubungan kedua negara, di tengah invasi Ukraina dan perkembangan program rudal serta nuklir Pyongyang.

Seoul dan Washington mengingatkan, kerja sama militer antara Korea Utara dan Rusia akan melanggar sanksi PBB, dengan Sekutu memastikan akan ada konsekuensi yang harus dibayar.