Mengeruk Pundi-Pundi Uang Lewat Program Affiliate Jangan Dikira Gampang
JAKARTA - Di era teknologi dewasa ini, kita memiliki banyak opsi untuk tetap berpenghasilan tanpa harus meninggalkan rumah. Utamanya sejak pandemi COVID-19 menerpa 2020 lalu, di mana seluruh kegiatan dilakukan dari rumah, termasuk bekerja yang dikenal dengan istilah work from home.
Pandemi membawa pergerseran dan kebiasaan baru di mana masyarakat dituntut lebih dekat dengan teknologi demi tetap terhubung dan melaksanakan aktivitas secara virtual.
Namun meski pandemi telah berlalu, fenomena mencari uang tanpa meninggalkan rumah tetap menjadi pilihan. Salah satu opsi yang banyak dilakukan adalah dengan menjalani program affiliate perusahaan e-commerce.
Cuan Ratusan Juta Rupiah
“Untuk produknya cek di link berikut ini ya”. Kalimat tersebut makin sering kita lihat saat melihat tayangan Instagram Story atau TikTok. Ketika seseorang menuliskan kalimat tersebut, berarti si pemilik akun media sosial (medsos) sedang mempromosikan sebuah produk yang dapat dibeli secara daring di lokamarket atau yang lebih dikenal dengan e-commerce. Mereka yang aktif mempromosikan produk di akun media sosial ini disebut sebagai afiliator.
Program afiliasi ini memang marak digandrungi, khususnya generasi milenial, dalam beberapa tahun ke belakang. Sebelumnya, program affiliate lebih banyak dilakukan oleh selebgram atau influencer untuk mengeruk pundi-pundi uang. Content creator Tasya Farasya mengaku telah meraup Rp600 juta lewat program Shopee Affiliate, meski dia baru bergabung Oktober 2022.
“Walaupun belum setahun bergabung, komisi yang aku terima lebih dari Rp600 juta,” kata Tasya dalam acara Media Gathering: Kulik Cerita Seru di Balik Shopee Affiliate Program di Kantor Shopee Indonesia pada Mei lalu.
Dalam hal ini, Tasya Farasya adalah afiliator, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah orang yang berafiliasi atau orang yang bertugas mempromosikan bisnis digital di internet dengan menggunakan media sosial dan tautan tertentu.
Sementara menurut penelitian dengan judul Pengaruh Viral Marketing Shopee Affiliate, Kualitas Produk dan Harga Terhadap Minat Beli Konsumen Shopee Indonesia, affiliate marketing didefinisikan sebagai kolaborasi yang melibatkan organisasi, perusahaan atau situs untuk mendapatkan profit bagi kedua belah pihak dalam suatu kesepakatan melalui kegiatan mengiklankan produk atau layanan.
Affiliater yang mampu mempengaruhi minat beli konsumen secara luas sehingga mampu mendatangkan traffic ke website sampai terjadi transaksi akan mendapatkan komisi.
Program afiliasi ini semakin diminati banyak orang, tidak hanya untuk content creator atau influencer saja. Alasannya, karena menjadi afiliator dianggap sebagai langkah mudah memperoleh penghasilan melalui media sosial.
Head of Marketing Growth Shopee Indonesia Monica Vionna mengatakan, program Shopee Affiliate telah diperkenalkan sejak akhir 2019. Monica berujar program ini bisa diikuti oleh siapa pun.
"Bisa diikuti oleh siapa saja, baik itu para pengguna, penjual ataupun mitra brand kami di Shopee," ujarnya.
Orang yang bergabung sebagai mitra afiliasi bertugas mempromosikan produk kepada pengikutnya melaui media sosial sampai terjadi transaksi pembelia. Nantinya, mitra affiliate akan mendapat sejumlah komisi.
Dalam kasus Tasya Farasya yang terkenal sebagai pembuat konten ulasan produk kecantikan, dia menjadi Shopee Affiliate dengan menyematkan tautan atau link produk yang dipromosikan. Dengan begitu, para pengikutnya bisa langsung mengklik tautan produk tersebut.
Tiga Hal yang Menarik Minat Konsumen
Lalu, apakah menjadi afiliator secara otomatis menghasilkan cuan? Jawabannya belum tentu. Karena ada beberapa aspek yang dapat mendorong konsumen untuk membeli produk yang ditawarkan.
Salah satu media sosial yang digunakan untuk menjalankan pemasaran afiliasi adalah TikTok. Platform berbagi video berdurasi pendek ini sering digunakan untuk menarik minat beli konsumen melalui konten, campaign, dan bentuk penawaran lainnya. Media sosial memberikan pengaruh yang krusial dalam memfasilitasi pemasaran afiliasi.
Baca juga:
Seperti yang kita ketahui, semua jenis media sosial pasti menggunakan algoritma, namun teknologi Artificial Intelligence (AI) yang mengendalikan operasional platform TikTok memiliki algoritma yang lebih demokratis sehingga memungkinkan konten yang diciptakan menjadi viral.
Produk yang sedang viral atau banyak dibicarakan dan punya review bagus memiliki potensi untuk dilirik konsumen. Selain produk yang viral, aspek lain yang dipertimbangkan oleh konsumen sebelum memutuskan minat terhadap suatu barang atau jasa adalah kualitas produk serta harga.