Digelar Sejak Abad ke-14, Festival San Fermin Tersandung Pandemi COVID-19

JAKARTA - Untuk pertama kalinya sejak Perang Saudara Spanyol berakhir di tahun 1939, Festival San Fermin yang biasa digelar di Kota Pamplona, Navarra, Spanyol terancam dibatalkan dua tahun berturut-turut. 

Ya, festival yang sudah menjadi agenda wisata internasional kembali terancam dibatalkan tahun ini, setelah tahun lalu juga dibatalkan. Penyebabnya? COVID-19. Hal ini seperti disampaikan otoritas setempat.

“Festival internasional seperti San Fermin, di mana jutaan orang datang ke Navarra, tidak akan mungkin terjadi,” kata Presiden Administrasi Regional Navarra Maria Chivite, seperti melansir Reuters.

Namun, Wali Kota Pampolona justru mengatakan belum ada keputusan yang dibuat. Surat kabar lokal Diario de Navarra mengutip pernyataan Walikota Pamplona Enrique Maya menulis, 

“Semua warga negara sadar bahwa, dengan data yang tersedia, jelas akan sulit untuk membicarakan (festival) seperti yang kita ketahui sampai sekarang, tetapi hari ini 2 Februari, tidak ada keputusan yang dibuat," sebutnya.

Festival San Fermin. (Wikimedia Commons/San Fermin Pamplona Navara)

Sejarah panjang

Rutin digelar setiap tahun, Festival San Fermin yang digelar di Kota Pamplona ini memiliki ciri khas, yakni sekawanan Banteng mengejar ratusan orang di jalan sempit sepanjang 850 meter di Pamplona.

Dihelat sejak Abad ke-14, festival ini ditujukan sebagai penghormatan kepada San Fermin, senator Kerajaan Romawi yang memeluk Kristen dengan bimbingan Saint Honestus, yang diyakini sebagai pelindung Navarra. Festival ini menjadi terkenal setelah ditulis oleh wartawan yang juga novelis Ernest Hemingway dalam novel 'The Sun Also Rises'.

Rutin digelar setiap tanggal 7-14 Juli tiap tahunnya, festival ini diawali teriakan 'Viva San Fermin' dari balkon Balaikota Pamplona, yang dilanjutkan dengan pesta kembang api atau 'Chupinazo' yang diikuti ratusan orang dari berbagai negara.

Agenda yang paling dinanti dalam festival ini adalah saat enam Banteng dan enam Lembu jantan dilepas, untuk berlari bersama warga di jalan sepenjang 850 meter. Pakaian yang dikenakan oleh peserta maupun masyarakat yang menyaksikan pun diatur, yakni kaos atau kemeja dan celana warna putih, serta kain warna merah yang dililitkan di lehar, pinggang maupun tangan.

Suasana festival di malam hari. (Wikimedia Commons/San Fermin Pamplona Navara)

Tim kesehatan dan petugas keamanan pun disiagakan di sepanjang lintasan untuk menolong peserta yang terluka. Menariknya, di malam hari, Banteng-Banteng yang dilepas pagi hari, dipotong dan daginganya disajikan di restoran-restoran di Kota Pamplona. 

Selama seminggu berlangsungnya Festival San Fermin, Kota Pamplona yang aslinya hanya memiliki penduduk sekira 220 ribu jiwa, akan dipadati lebih dari 1 juta orang yang kebanyakan wisatawan. Wajar, sebab selama seminggu festival berlangsung, ada beragam konser hingga pesta tarian dan minum yang digelar. 

Meski diakui banyak memberikan devisa bagi Kota Pamplona dan mengangkat perekonomian lokal, banyak pihak menyerukan penghentian festival ini, lantaran mengandung kekerasan terhadap hewan. Total ada 125 kota di Spanyol yang menentang festival dengan mengeksploitasi Banteng.