Camat Semarang Dicopot Usai Konten Nasi Goreng, Walkot Ita Jabarkan Filosifi Lomba Nasi Goreng

SEMARANG - Wali Kota Semarang, Jawa Tengah, Hevearita Gunaryanti Rahayu menjabarkan filosofi lomba nasi goreng yang digelar oleh Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kota Semarang yang belakangan viral di media sosial.

Lomba nasi goreng yang digelar menyambut Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-78 Kemerdekaan RI dimulai dengan seleksi secara berjenjang, mulai tingkat rukun tetangga (RT) dan juara dari 177 kelurahan maju tingkat kota.

"Saya akan menyampaikan filosofi kenapa tim PKK melakukan kegiatan lomba nasi goreng," kata Ita, sapaan akrab Hevearita, saat menghadiri lomba masak nasi goreng di Srondol Wetan, Kecamatan Banyumanik, Semarang dilansir ANTARA, Jumat, 4 Agustus.

Pertama, kata dia, nasi goreng adalah menu yang sangat universal dan sudah dikenal masyarakat secara luas. Bahkan, nasi goreng pun sudah terkenal hingga ke luar negeri sebagai masakan khas nusantara.

Kedua, Ita ingin menggerakkan kalangan ibu-ibu untuk kembali memasak di dapur, sebab sekarang ini mulai banyak yang melupakan pentingnya memasak, apalagi dengan mudahnya memesan lewat aplikasi "online".

"Ketiga, nasi goreng ini ketentuannya 'Isi Piringku' (pedoman makanan dari Kementerian Kesehatan). Bahwa dalam masakan nasi goreng sudah terpenuhi semua komposisi gizinya," katanya.

Wali Kota Semarang mencontohkan kandungan karbohidrat yang diperoleh lewat nasi yang sebenarnya tidak harus memakai nasi putih, tetapi bisa diganti juga dengan nasi merah, nasi porang, dan lainnya.

"Protein (hewani) bisa dari ikan, telur, daging ayam, daging sapi. Kemudian, protein nabati dari minyaknya. Vitamin ada dari sayuran, kan di dalamnya ada tomat, cabai, ditambah buah-buahan," katanya.

Artinya, di dalam satu piring nasi goreng sebenarnya sudah memiliki banyak manfaat kesehatan bagi masyarakat.

"(Filosofi) Keempat, memanfaatkan 'urban farming' yang sudah digerakkan di Kota Semarang. Ibu-ibu di rumah kan sudha punya tanaman seledri, selada, daun bawang, tomat, dan cabai, bisa dimanfaatkan," katanya.

Walkot Semarang mengapresiasi kalangan ibu-ibu yang sudah sedemikian antusias dan bersemangat dalam mengikuti lomba memasak nasi goreng tersebut, sebab peran ibu-ibu sangat besar dengan memasak.

"Maturnurun ibu-ibu semua semangat memasaknya, semangat bagaimana menjadi ibu yang diperlukan. Untuk apa? Mengendalikan inflasi, menjaga ketahanan pangan, mencegah stunting, dan menurunkan angka kemiskinan," kata Ita.