Militer Tangkap Aung San Suu Kyi, Jepang Minta Warganya di Myanmar Berdiam Diri di Rumah

JAKARTA - Pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang menyatakan pemerintahannya tidak berencana memulangkan warganya dari Myanmar

Hal tersebut disampaikan setelah militer Myanmar menangkap pemimpin Aung San Suu Kyi. Meski demikian, Kedutaan Besar Jepang di Myanmar meminta warganya untuk tinggal di dalam rumah. Diperkirakan ada 3.500 warga negara Jepang yang berada di Myanmar. 

Sebelumnya karena pandemi COVID-19, pemerintah Jepang telah memperingatkan warganya untuk menunda perjalanan ke sana. Pejabat Jepang yang enggan menyebutkan namanya itu mengatakan tidak ada rencana saat ini untuk mengubah nasihat itu.

Kedutaan Besar Jepang di Myanmar, dalam sebuah pesan yang diunggah di situs Kementerian Luar Negeri, mengatakan meskipun situasi di negara tersebut pada saat ini tampaknya tidak akan melibatkan orang biasa, orang-orang harus berhati-hati.

“Kami mendorong orang untuk tetap di dalam dan menahan diri dari keluar kecuali benar-benar penting,” tambahnya.

Mengutip Reuters, Senin 1 Februari 2021, Tentara Myanmar mengumumkan keadaan darurat setelah melakukan penahanan terhadap para pemimpin senior pemerintah. Penangkapan tersebut dilakukan sebagai tanggapan atas pelanggaran selama Pemilu Myanmar 2020. 

Para jenderal mengambil langkah mereka beberapa jam sebelum parlemen dijadwalkan duduk untuk pertama kalinya sejak kemenangan telak dalam pemilu yang berlangsung pada 8 November. Langkah penahanan tersebut dipandang sebagai referendum pada pemerintahan demokratis Suu Kyi yang masih seumur jagung. 

Saluran telepon ke ibu kota Naypyitaw dan pusat komersial utama Yangon tidak dapat dilakukan. Selain itu, saluran TV pemerintah juga dilaporkan mati total. Orang-orang bergegas ke pasar di Yangon untuk membeli makanan dan persediaan sementara yang lainnya berbaris di ATM untuk menarik uang tunai.

Tentara mengambil posisi di balai kota di Yangon dan data internet seluler serta layanan telepon di markas NLD terganggu. Konektivitas internet juga telah turun secara dramatis, kata layanan pemantauan NetBlocks.

Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar Win Myint dan para pemimpin NLD lainnya "ditangkap" pada dini hari, kata juru bicara NLD Myo Nyunt.

"Saya ingin memberi tahu orang-orang kami untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum," katanya, seraya menambahkan bahwa dia sendiri diperkirakan akan ditangkap. 

Partai naungan Aung San Suu Kyi memenangkan 83 persen suara dalam pemilu kedua sejak junta militer setuju untuk berbagi kekuasaan pada 2011. Gedung Putih mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah diberitahu tentang penangkapan itu dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyerukan pembebasan para pemimpin.

“AS mendukung rakyat Burma dalam aspirasi mereka untuk demokrasi, kebebasan, perdamaian, dan pembangunan. Militer harus segera membalikkan tindakan ini,” kata Blinken.