AI Hidup Bersama Anak, Orang Tua Jangan Kalah!
JAKARTA - Perkembangan digital yang begitu pesat membuat masyarakat harus dapat beradaptasi serta membentengi diri dari bahaya yang bisa saja timbul dari berkembangnya teknologi. Antisipasi ini harus dilakukan tak terkecuali ketika Artificial Intelligence (AI) hadir di tengah-tengah masyarakat.
Pesatnya perkembangan AI kerap membuat masyarakat kesulitan membendakan mana realita dan yang mana produk digital. Sering kali kita tidak sadar bahwa aktivitas digital yang tampak biasa saja ternyata bisa berdampak buruk jika pemanfaatan teknologi tidak dilengkapi kecakapan digital. Risiko ini jelas rentan terhadap anak-anak.
Kepolosan anak bisa saja dimanfaatkan orang-orang tak bertanggung jawab untuk menggunakan data indentitas pribadi tanpa sepengetahuan pemiliknya. Agar masyarakat lebih paham dan berhati-hati dengan potensi kejahatan ini, Kementerian Komunikasi dan Informasi bersama Siberkreasi menggelar diskusi Obral-obrol Literasi Digital bertajuk "Keamanan Anak Dalam Dunia AI" pada Sabtu, 29 Juli.
Hidup berdampingan dengan AI merupakan keniscayaan. Untuk itu, sebagai pewaris bangsa dan perkebangan teknologi, anak-anak harus lebih dibangun pengetahuan serta mental dalam berkehidupan digital.
"Akan lebih bagus lagi kalau anak-anak belajar AI sejak dini karena yang akan menjalankan hidup dengan perkembangan AI nantinya adalah mereka," ujar Ndoro Kakung, Dewan Pengarah Siberkreasi.
Baca juga:
Terkait ancaman kejahatan yang menghantui anak-anak, AI sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk menangkis risiko tersebut. Menurut salah seorang fasilitator yang mewakili Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Ciput Eka Purwianti orang tua harusnya tidak kalah dengan orang-orang jahat dalam pemanfaatan AI. Jika lebih cakap digital, AI dapat bermanfaat jauh lebih baik untuk pendidikan anak.
"Keberadaan AI untuk anak dapat mempermudah untuk belajar. AI dapat mengenali motode belajar anak yang paling mudah seperti apa berdasarkan algoritma anak. AI dapat membantu menganalisis dan mendeteksi perilaku berbahaya dan konten-konten tak pantas untuk anak sehingga kita bisa melindungi anak dari risiko buruk di ranah daring," pungkas Ciput.