Profil Sinéad O'Connor: Penyanyi Fenomenal yang Hadapi Jalan Panjang dan Terjal
JAKARTA - Penyanyi Sinéad O’Connor meninggal dunia pada Rabu, 26 Juli kemarin. Dikonfirmasi oleh pihak keluarga, penyebab meninggalnya O’Connor tidak diungkap kepada publik.
“Dengan duka cita kami mengumumkan meninggalnya Sinéad tercinta kami. Keluarga dan teman-teman merasa berduka dan meminta privasi pada situasi yang sangat sulit ini,” kata pihak keluarga dalam pernyataan mereka.
Sinéad O’Connor adalah sosok yang inspiratif sekaligus mengharukan. Sebelum berkarier di industri hiburan, jalan panjang ia lalui untuk tetap bertahan hidup di dunia.
Perpisahan orang tua pada usia delapan tahun membuatnya terpukul. Ia mengalami kekerasan dari sang ibu, pihak yang ia tinggali bersama setelah perpisahan tersebut. Pada usia 15 tahun, O’Connor harus tinggal di Magdalene Asylum karena memperbaiki kebiasaannya mencuri dan membolos sekolah.
Di sisi lain, ia mulai mengembangkan talenta musikalnya sehingga memiliki keluar dari sekolah dan pindah ke Dublin. Kariernya dimulai kala ia bekerja dengan Fachtna O’Ceallaigh, kepala label band U2 dan mengorbitkan album debutnya, The Lion and the Cobra pada tahun 1987.
Popularitasnya meroket setelah album kedua, I Do Not Want What I Haven’t Got dengan single Nothing Compares 2 U. Berkat lagu itu, O’Connor meraih beberapa nominasi Grammy Awards dan memenangkan Best Alternative Music.
Kariernya berjalan mulus hingga ia merilis delapan album. Berbagai penghargaan Grammy juga Golden Globe diraihnya lewat berbagai lagu-lagunya, salah satunya Lay Your Head Down untuk film Albert Nobbs.
Baca juga:
Sinead O’Connor dikenal sebagai salah satu penyanyi yang lantang bersuara mengenai isu sosial. Tahun 1993, O’Connor merobek gambar Paus sembari menyanyi lagu War milik Bob Marley dalam acara Saturday Night Live. Hal ini dilakukan sebagai bentuk protes mengenai pelecehan seksual yang terjadi dalam gereja.
Tahun 2013, O’Connor menulis surat terbuka untuk Miley Cyrus yang saat itu tampil buka-bukaan di panggung. Ia mengingatkan Cyrus untuk berhati-hati dengan gambaran tersebut yang nantinya bisa menyebabkan dirinya “dilecehkan” oleh industri musik.
Ia juga mengaku mengalami overdosis di tahun 2015, kesehatan mental di tahun 2017, dan perjalanan itu terus berlanjut. Dalam status Facebook-nya, O’Connor menjelaskan semua ini terjadi setelah hak asuh anaknya, Shane jatuh ke mantan suaminya, Donal Lunny.
Pada Januari 2022, Shane meninggal dunia setelah dinyatakan menghilang selama dua hari. Shane dinyatakan mengakhiri hidupnya.
Sinead O’Connor juga mengganti namanya beberapa kali, sebagai bentuk perlawanan terhadap kutukan orang tua yang memberi nama. Ia yang pindah keyakinan menjadi Islam pada 2018 juga mengubah namanya beberapa kali mulai dari Shuhada, Davitt, hingga akhirnya Sadaqat.
Menjelang akhir hidupnya, O’Connor mengungkap sudah menyelesaikan album terbaru yang akan rilis pada tahun depan. Ia juga berencana tur dunia di Australia dan New Zealand pada tahun yang sama dilanjutkan Eropa, Amerika Serikat dan lainnya di tahun 2025.
Cuitan terakhirnya dibagikan pada 17 Juli lalu di mana ia membagikan link sebuah lagu dan Great Tibetan Compassion Mantra dan menulis, “Untuk semua ibu dari anak yang bunuh diri.”
Sinéad O’Connor meninggal dunia di usia 56 tahun dan meninggalkan tiga anaknya.