Pemulihan Sektor Pariwisata Mandek, PHRI: Kelas Menengah Masih Takut Berbelanja
JAKARTA - Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Sutrisno Iwantono mengatakan, proses pemulihan ekonomi di sektor pariwisata masih sangat sulit atau mandek. Hal ini karena masyarakat kelas menengah memilih menabung uangnya dibanding dipakai untuk berbelanja.
Kata Sutrisno, kondisi tersebut tercermin dari Dana Pihak Ketiga (DPK) yang berada di perbankan tembus Rp1.000 triliun. Artinya, masyarakat kelas menengah sampai saat ini belum merasa aman untuk membelanjakan uangnya. Kekhawatiran terpapar pandemi COVID-19 saat melakukan aktivitas konsumsi seperti berwisata menjadi faktor utamanya.
"Masalah sekarang ini tingkat permintaan yang rendah. Masyarakat menengah atas ini masih menahan spending. DPK di bank berdasarkan data Bank Indonesia ini lebih sampai 1.000 triliun," tuturnya, dalam talk show virtual BNPB Indonesia bertajuk 'Strategi Kebangkitan Pariwisata di Tengah Pandemi', Jumat, 29 Januari.
Sutrisno mengatakan, tingkat permintaan di sektor pariwisata bisa dikembangkan. Namun, syaratnya sektor menengah atas itu harus mau membelanjakan uangnya.
Baca juga:
Karena itu, kata dia, menciptakan keyakinan kepada masyarakat oleh pelaku usaha menjadi hal yang paling penting untuk memulihkan sektor pariwisata dari dampak pandemi COVID-19.
Seperti diketahui, pemerintah telah menyiapkan kebijakan untuk sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety, dan Environment) atau Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan di sektor pariwisata.
Namun, kata Sutrisno, hal itu tidak cukup hanya dilakukan oleh pemerintah. Karena itu, ia meminta pelaku usaha di industri pariwisata untuk lebih gencar melakukan promosi yang menekankan bahwa tempat mereka menerapkan protokol kesehatan dengan ketat.
"CHSE ini salah satu cara yang dilakukan pemerintah,tetapi bukan hanya itu, pelaku usaha juga harus yakinkan tempatnya itu memang aman sehingga orang berani datang ke sana," tuturnya.