Kasus Ripple: John Deaton Bongkar Tindak-tanduk Mantan Petinggi SEC

JAKARTA - XRP, mata uang kripto yang milik Ripple, memiliki pergerakan harga yang positif meskipun menghadapi tantangan dan perubahan sentimen di pasar. Dalam gugatan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) terhadap Ripple, dokumen pidato yang diungkapkan oleh mantan eksekutif SEC, William Hinman, menjadi sorotan publik.

Pengacara John Deaton, yang menjadi Amicus Curiae dalam gugatan XRP yang berlangsung lama, mengacu pada Proposal Safe Harbor. Dia mencatat pernyataan Warren Davidson, seorang perwakilan dari Amerika Serikat, yang menunjukkan bahwa kesalahan harus dialamatkan pada mantan eksekutif SEC Clayton dan Hinman.

Menurut pengacara, perwakilan dari Andreessen Horowitz (a16z) bertemu dengan Hinman pada tanggal 28 Maret 2018. Penting untuk dicatat bahwa Hinman telah menerima memo Proposal Safe Harbor sebelum pertemuan tersebut. Saat itu, hanya kripto Ethereum (ETH) yang berhasil memenuhi proposal tersebut. Meski begitu, aturan ini seharusnya dapat diterapkan pada token lain, kecuali XRP menurut pengacara.

Deaton menambahkan mantan eksekutif SEC, Hinman dan Clayton, menyadari bahwa Safe Harbor memiliki potensi untuk menggantikan pendekatan berbasis prinsip. Kenyataannya, proposal Safe Harbor tidak pernah diadopsi.

Safe Harbor akan menghindari tindakan hukum terhadap perusahaan seperti LBRY dan Ripple dengan memberi mereka pemberitahuan mengenai 5-10 faktor yang menunjukkan desentralisasi yang memadai. Pengacara yang mendukung XRP itu menyatakan perusahaan yang tidak memenuhi kriteria tersebut akan diberi waktu 3-5 tahun untuk memperbaikinya agar token mereka dapat dianggap sebagai komoditas.

Hinman menganggap bahwa kepemilikan yang signifikan, lebih dari 30-40 persen, akan dianggap baik. Namun, masih terdapat ketidakpastian mengenai di mana garis batas harus ditarik. Deaton menambahkan bahwa SEC bisa saja menetapkan batas waktu 3-5 tahun kepada Ripple untuk mengurangi kepemilikan mereka.