Pejabat AS Bantah Adanya Pembicaraan dengan Iran Mengenai Kesepakatan Nuklir Sementara
JAKARTA - Amerika Serikat dan Iran tidak sedang membahas kesepakatan nuklir sementara, seorang pejabat negara itu mengatakan pada Hari Senin, tetapi Washington telah mengatakan kepada Teheran mengenai langkah-langkah yang dapat memicu krisis, juga langkah-langkah yang dapat menciptakan iklim yang lebih baik di antara kedua negara yang telah lama berseteru ini.
"Tidak ada pembicaraan mengenai kesepakatan sementara," kata pejabat AS tersebut, yang berbicara tanpa menyebut nama, melansir Reuters 13 Juni.
Komentarnya lebih jauh dari bantahan AS minggu lalu, yang menyebut laporan bahwa kedua negara mendekati kesepakatan sementara "salah dan menyesatkan", mengatakan hal seperti itu "salah" tetapi tidak menyangkal kemungkinan pembicaraan tentang kesepakatan tersebut.
Pejabat tersebut tidak menyangkal laporan media tentang kontak AS-Iran baru-baru ini, tetapi mengatakan, penilaian mereka tentang kesepakatan nuklir sementara tidak akurat.
"Kami telah menjelaskan kepada mereka langkah-langkah eskalasi apa yang perlu mereka hindari, untuk mencegah krisis dan langkah-langkah de-eskalasi apa yang dapat mereka ambil untuk menciptakan konteks yang lebih positif," katanya, menolak untuk merinci hal ini, tetapi mencatat Washington ingin melihat kerja sama Iran yang lebih besar dengan pengawas nuklir PBB.
Diketahui, para pejabat AS dan Eropa telah mencari cara untuk mengekang program nuklir Teheran, sejak gagalnya perundingan tidak langsung AS-Iran tahun lalu untuk menghidupkan kembali Kesepakatan Nuklir 2015 antara Iran dan kekuatan dunia, meliputi China, Prancis, Jerman, Rusia, Inggris, Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Di bawah kesepakatan tersebut, yang bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir, Teheran membatasi program nuklirnya dan menyetujui inspeksi PBB yang lebih ekstensif, sebagai imbalan atas pelonggaran sanksi-sanksi PBB, AS dan Uni Eropa.
Belakangan, Presiden AS Donald Trump kemudian meninggalkan pakta tersebut pada tahun 2018 dan memberlakukan kembali sanksi AS, sehingga Teheran secara bertahap bergerak jauh melampaui pembatasan nuklir dalam kesepakatan tersebut.
Baca juga:
- Soal Pangkalan Mata-mata Baru: Gedung Putih Sebut AS Kontak Kuba, Tetap Jaga Komunikasi dengan China
- Puluhan Warga Sipil Tewas dan Dibakar dalam Serangan Terhadap Kamp Pengungsi di Ituri Kongo
- Tentara Ukraina Rebut Kembali Tujuh Desa di Fase Awal Serangan Balasan, Presiden Zelensky: Kekalahan Musuh Hal yang Kita Butuhkan
- Hari Nasional Rusia, Presiden Putin: Patriotisme Menyatukan Kita di Saat yang Sulit
Ini menghidupkan kembali kekhawatiran AS, Eropa dan Israel, bahwa Iran mungkin akan membuat bom atom. Namun, Teheran membantah ambisi tersebut.
Meskipun pejabat AS menolak untuk menjelaskan lebih lanjut, pesan-pesan terbaru AS kepada Iran tampaknya ditujukan untuk pengendalian kerusakan.
Pemerintahan Presiden Biden sendiri telah berulang kali mengatakan, mereka tidak akan membiarkan Iran mendapatkan senjata nuklir, menggarisbawahi semua opsi ada di atas meja.