Proyek Kereta Cepat Hadapi Masalah Baru, Dikabarkan Operasional Bakal Molor dari Agustus

JAKARTA - Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung menghadapi masalah baru. Pasalnya, dikabarkan bahwa operasional kereta cepat yang menghubungkan Jakarta dan Jawa Barat ini bakal molor.

Mengutip dari Reuters, dalam dokumen internal, Kementerian Perhubungan Indonesia dan tiga konsultan telah menolak rencana konsorsium untuk memulai operasi komersial penuh proyek kereta cepat senilai 7,3 miliar dolar AS pada bulan Agustus.

Masih mengutip Reuters, dijelaskan bahwa proyek ini menghadapi masalah baru. Dimana peserta konsorsium China meminta sertifikat kelayakan operasional penuh untuk jalur tersebut meskipun stasiun tidak lengkap.

Sebaliknya, kementerian transportasi dan konsultan Mott MacDonald, PwC dan firma hukum lokal Umbra telah menyarankan bahwa operasi komersial penuh dapat dimulai pada Januari 2024. Hal ini berdasarkan laporan progress update tertanggal 14 Mei.

“Ada risiko target operasi komersial pada Agustus bisa tertunda untuk menyelesaikan semua konstruksi pada 31 Desember,” bunyi laporan tersebut, mengutip Reuters, Kamis, 8 Juni.

Sementara, Indonesia sedang bernegosiasi dengan China untuk tambahan pinjaman 560 juta dolar AS dan meminta suku bunga 2,8 persen untuk porsi pinjaman dalam yuan, yang lebih rendah dari tawaran China Development Bank (CDB) sebesar 3,46 persen. Hal ini menurut dokumen tertanggal 18 Mei.

Dijelaskan, kemungkinan penundaan lebih lanjut dan perincian lainnya dalam kedua dokumen tersebut belum pernah dilaporkan sebelumnya.

Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto mengatakan, negosiasi utang sedang dilakukan dengan CDB. Kata dia, fokusnya pada suku bunga.

Seto mengatakan, kereta api berencana untuk memulai uji coba gratis dengan penumpang pada pertengahan Agustus.

Kemudian perjalanan berbayar diharapkan pada bulan September dan stasiun yang belum selesai kemungkinan akan selesai pada bulan November.

Namun, PwC menolak berkomentar. Konsorsium yang didukung China PT KCIC, Mott MacDonald, Umbra, CDB dan kedutaan besar China di Jakarta tidak segera memberikan tanggapan.