Bagikan:

JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) buka suara menganai banyaknya penerbangan yang mengalami keterlambatan atau delay. Mulai dari maskapai Lion Air Group hingga Garuda Indonesia.

Juru Bicara Kemenhub Adita Irawati mengatakan keterlambatan pesawat yang terjadi pada berbagai maskapai nasional ini disebabkan karena jumlah pesawat yang beroperasi saat ini terbatas.

Lebih lanjut, Adita mengatakan bahwa jumlah pesawat yang terbatas ini merupakan dampak dari pandemi COVID-19. Dimana saat itu, adanya pengurangan pesawat dan adanya pembatasan perjalanan baik di dalam maupun luar negeri.

“Antara demand dan suplai tidak seimbang. Penumpang sudah naik drastis sekali, sementara suplai pesawat terbatas. Dan ini ada effect terhadap keterlambatan dari aspek teknis dan operasional,” katanya kepada wartawan ditulis Rabu, 7 Juni.

Sekadar informasi, jumlah pesawat yang beroperasi di Indonesia berkurang dari semula 600 menjadi 450 pesawat. Kondisi ini yang menyebabkan daya jelajah pesawat menjadi rendah.

Adita mengatakan jika sebelum pandemi COVID-19 pesawat yang bermasalah dapat diganti dengan pesawat cadangan, namun sekarang tidak ada pesawat cadangan karena jumlahnya berkurang.

Lebih lanjut, Adita mengatakan keterlambatan yang terjadi pada satu penerbangan akan membuat jadwal penerbangan lainnya menjadi terkena dampaknya.

“Jadi akibatnya terjadi efek domino dan jika ada kendala delay akan terhadi pada penerbangan lain. Dan sekarang ini kecenderungan seperti itu. Karena masalah ada teknis yang harus diatasi tapi butuh waktu dan tidak ada back up dan jadilah delay,” ucapnya.

Adita mengungkapkan bahwa kondisi keterlambatan pesawat akibat ketidakseimbangan jumlah pesawat dan jumlah penumpang tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga dialami oleh semua maskapai di dunia.

“Dan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, penerbangan internasional untuk haji juga begitu kondisinya. Karena ini masalah internasional. Khsusnya suplai suku cadang yang masih langka dan pabrikannya tidak sperti dulu,” jelasnya.