Bagikan:

JAKARTA - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyampaikan alasan keterlambatan maskapai penerbangan haji saat hadir secara daring pada rapat tingkat menteri evaluasi pelaksanaan ibadah haji 1444 Hijriah.

"Kira-kira keterlambatan salah satunya ada bagian (spare part) dari pesawat yang harus didatangkan dari Lithuania, yang ini membutuhkan waktu, ini kalau versi dari maskapai Garuda, sementara global supply chain itu terganggu akibat perang Rusia dan Ukraina, itu menjadi salah satu faktor," kata Menag dilansir ANTARA, Selasa, 6 Juni.

Selain itu, Menag Yaqut juga menyampaikan alasan keterlambatan dari maskapai penerbangan Saudia Airlines, yakni pesawat yang belum siap dan tidak sesuai dengan kontrak.

"Misal seharusnya satu pesawat bisa menampung 485 jemaah, tetapi hanya 405 jemaah, sehingga ada 80 jamaah yang harus menunggu, tetapi di kontrak ini ada sanksi ketika ada keterlambatan dari sisi material, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) akan segera melakukan perbincangan ulang dengan Garuda dan Saudia Airlines," katanya.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy menegaskan keterlambatan maskapai ini akan berpengaruh pada jadwal dan menggeser jamaah yang lain, termasuk akomodasi.

"Perubahan konfigurasi atau kapasitas pesawat yang diubah, menyebabkan akan ada jamaah yang tertinggal dan terpaksa harus ikut kloter yang selanjutnya, ini tentu akan mengubah akomodasi juga, untuk itu perlu diperhatikan dengan baik," kata Muhadjir.

Muhadjir juga menyatakan, sebagai bahan evaluasi maka akan lebih ditingkatkan lagi kerja sama antara pemerintah Indonesia dengan Saudi Arabia (Government to Government) di semua sektor, terutama sektor pemondokan (tempat tinggal), kesehatan, dan sektor perhubungan utamanya transportasi udara.

Selain transportasi, Menag Yaqut juga menyampaikan beberapa pelayanan jemaah haji yang sudah disiapkan selama masa ibadah haji, utamanya kepada para lansia.

"Kita ada 66.943 jamaah, dan kita sudah menyiapkan tenaga untuk keperluan sehari hari seperti kursi roda, tongkat bantu berjalan, urusan manasik (pelatihan tentang ibadah haji) atau rukhsah (keringanan saat haji bagi orang-orang tertentu), secara umum kita sudah siap baik di Madinah maupun Makkah," ujar Menag.

 

Selain itu, Kemenag juga akan menindaklanjuti permasalahan lift di hotel yang ada di Madinah, dimana jamaah harus menunggu antrean yang lama.

"Berdasarkan pantauan pak Menko saat di Madinah, di sana itu liftnya kan memang cenderung kecil-kecil, dan jemaah yang menggunakan antreannya lama bisa sampai 30-120 menit, maka nanti kita coba atur dan koordinasikan dengan pihak Saudi, bagaimana agar liftnya tidak ngantre," tuturnya.

Untuk itu, Menag juga mengimbau pada peserta haji yang masih muda dan fisiknya mumpuni agar menggunakan tangga darurat untuk menghindari antrean.