Jaring Anak Putus Sekolah, Pemkot Surakarta Fasilitasi Lanjutkan Pendidikan
SURAKARTA - Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta sedang mengumpulkan data anak putus sekolah di wilayahnya untuk ditindaklanjuti bisa kembali mengenyam pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Kami sedang menjaring datanya, tambahan ada 130 dari Dinas Sosial, verifikasi BPNT (bantuan pangan nontunai)," kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Surakarta Dian Rineta di Solo, Jateng, Selasa 6 Juni, disitat Antara.
Ia mengatakan dalam menangani anak putus sekolah, saat ini Pemkot Surakarta memiliki program Asli Soloku Pinter, yakni Ayo Sekolah Lagi, Cah Solo Kudu Pinter.
"Perlu kerja keras bareng untuk menyadarkan masyarakat, siapa yang belum sekolah agar dipaksa sekolah," tuturnya.
Baca juga:
- Mario Dandy Tak Ajukan Eksepsi, Beralasan Dakwaan Dibuat dari Keterangannya
- KPK Geledah Rumah Eks Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono di Batam, 2 Polisi Ikut Kawal
- Bantah Intervensi Jokowi Terkait Pilpres 2024, Megawati: Caranya Gimana?
- LPSK: Polisi Sita Aset Pabrik Sawit Terbit Rencana Perangin Angin untuk Restitusi Korban Kerangkeng Manusia
Ia bilang, jumlah anak putus sekolah setiap tahunnya cenderung bertambah. Ia mengatakan hingga saat ini jumlahnya sudah lebih dari 1.000 anak. Bahkan ada temuan yang tidak terdata.
"Data dasar awal sampai ribuan, namun ada sebagian yang sudah sekolah. Kalau data ribuan sampai usia 21 tahun, dari usia SD. Itu data sebelum COVID-19," katanya.
Dari total tersebut, sebanyak 200 anak sudah siap untuk ditindaklanjuti dan diharapkan mulai tahun ini bisa kembali bersekolah.
Terkait hal itu, pihaknya memprioritaskan akan menuntaskan 7-18 tahun. Ia mengatakan untuk usia tersebut diarahkan agar masuk sekolah reguler.
"Bebas (biaya, red.), dapat seragam, dekat dengan rumah, nggak ada kuota khusus," katanya.
Disinggung mengenai pernikahan dini usia sekolah, dikatakannya, tetap difasilitasi untuk memperoleh pendidikan yang layak.
"Dimasukkan jalur nonformal, masuk lapas saja kami fasilitasi sekolah. Sesuai kebutuhan anak, jadi ada assessment, mereka maunya seperti apa. Saya menutup ruang orang tua beralasan anak nggak mau sekolah," pungkasnya.