Pidato Joe Biden Bikin Sejuk, Bos BI Bidik Dana Asing 19,1 Miliar Dolar AS Masuk Indonesia
JAKARTA – Bank Indonesia optimistis kondisi pasar keuangan global akan kondusif pasca pelantikan Presiden ke-46 Amerika Serikat (AS) Joe Biden belum lama ini.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memprediksi aktivitas investasi portofolio global di dalam negeri akan meningkat hingga 19,1 miliar dolar AS. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi 2020 yang disebutnya sebesar 11 miliar dolar AS.
“Kami ikuti proses inaugurasi Presiden Joe Biden yang sangat ‘menyejukan’, dimana mereka melakukan upaya percepatan pemulihan ekonomi di AS namun tetap menjaga kondisi keuangan global positif,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Kamis, 21 Januari.
Perry menambahkan, sebelum pelantikan Biden, pasar keuangan sempat dikhawatirkan bakal mengalami turbulensi karena AS sebenarnya memiliki ruang untuk melakuan kebijakan quantitative easing serta ekspansi fiskal.
“Terutama juga terhadap ekspektasi kenaikan yield US treasury. Tetapi dengan pernyataan yang menyejukan tersebut yield US treasury kemudian juga mengalami penurunan dan kondisi pasar keuangan global juga semakin baik,” tuturnya.
Atas kondisi demikian, sambung Perry, aliran dana global diperkirakan akan menyasar negara-negara berkembang yang menawarkan imbal hasil cukup baik.
“Dan kita beruntung bahwa Indonesia adalah salah satu negara tujuan investasi portofolio global,” tegasnya.
Baca juga:
Dalam kesempatan itu otoritas moneter juga memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,75 persen. Kemudian, ditetapkan pula bahwa suku bunga deposit facility sebesar 3,0 persen, dan suku bunga lending facility sebesar 4,50 persen.
“Bank Indonesia memperkuat sinergi kebijakan dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya dan mendukung berbagai kebijakan lanjutan untuk membangun optimisme pemulihan ekonomi nasional,” katanya.
Perry melanjutkan kebijakan mempertahankan suku bunga tersebut telah memperhatikan pembukaan sektor-sektor ekonomi produktif dan aman, akselerasi stimulus fiskal, penyaluran kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran, melanjutkan stimulus moneter dan makroprudensial, serta mengakselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan.
“Tidak lupa, kami memperkuat kebijakan makroprudensial akomodatif untuk mendorong peningkatan kredit dan pembiayaan kepada sektor-sektor prioritas dalam rangka pemulihan ekonomi nasional,” tutup Perry.