Cerita Warga Maluku Utara Terjebak Situasi Konflik Perang di Sudan
TERNATE - Salah satu warga asal Maluku Utara, Khalifah Putri Andaini, menceritakan situasi konflik perang yang terjadi di Sudan. Saat terjadi konflik pada tanggal 15 April lalu, dia bersama WNI lainnya terjebak karena tempat tinggal mereka tak jauh dari lokasi peperangan.
Tiga hari sebelum dievakuasi oleh pemerintah Indonesia saat itu, terjadi baku tembak, bahkan mereka sempat melihat senjata roket yang melintasi di atas, tempat mereka tinggal. Kejadian itu sempat membuat mereka takut.
"Alhamdulillah, kita semua selamat dan dievakuasi ke Arab Saudi menggunakan kapal laut. Pada hari ini merasa bahagia karena bisa pulang ke daerah ini, serta bertemu orang tua dan keluarga. Terima kasih kepada pemerintah Indonesia dan Pemerintah Provinsi Malut," kata remaja asal Kota Ternate yang kuliah di Sudan itu.
Lima warga Malut korban dampak konflik perang di Sudan sudah berhasil dievakuasi ke Tanah Air. Empat di antaranya, termasuk Khalifah Putri Andaini, sudah tiba di Kota Ternate melalui Bandara Sultan Baabullah Ternate.
"Kepulangan mereka ke daerah ini atas perintah Gubernur Malut Abdul Gani Kasuba," kata Kepala Penghubung Malut Lestari di Ternate.
Setibanya di Bandara Sultan Baabullah Ternate itu sekitar pukul 07.30 WIT menggunakan pesawat Garuda Indonesia dan disambut haru oleh pejabat daerah bersama pihak keluarga yang sudah menunggu di terminal bandara sejak pukul 06.00 WIT
WNI asal Malut yang menjadi korban konflik di Sudan lima orang, dan empat orang hari ini tiba di Kota Ternate, satu orang sementara masih di Jakarta karena masih mengurus dokumennya. Direncanakan yang bersangkutan tiba di daerah ini pada tanggal 25 Mei mendatang.
Ia menyebutkan nama keempat orang yang tiba di Kota Ternate, yakni Muhammad Rasid Ridha Mas (26), Nur Adillah Muhammad Kasuba (23), Khalifah Putri Andaini (19), dan Muhammad Husen adalah seorang bayi berusia 6 bulan.